102
Oleh : zim
Hari ini, tepat di seratus dua tahun kematianmu,
Malam keseratus dua kali pula debar jantungku dirasuki tentangmu
Mencari segala apa yang bersentuhan denganmu.
Hari ini, tepat di seratus dua sekian pesta,
Menjajaki kewarasan bersama angka-angka tak terhingga
Menyusuri jawab dengan ribuan analisa.
Masih kuingat betul namamu,
Nama yang sama yang mengajariku cara menangis tanpa air mata
Nama yang sempurna yang menciptakan ruang bertumbuh
Menghilang tanpa peduli sesaat tak lagi butuh.
Bodohnya diriku masih saja rela bertahan
Mengencani bintang yang tiada lelah kesepian
Bermalam hingga lupa rasanya terang
Memecahkan kantung tabah yang telah lama meradang.
Sialnya, rumah tak selalu berwujud tempat.
Dan harapan yang kini usang tak terawat,
Sirna bersama temu tanpa awal,
Datang bagai misal dan pergi dengan asal.
Kuucapkan selamat atas seratus dua rencana,
Kini melingkar di jari yang sama, pada dua hati yang berbeda.
Kuucapkan selamat atas nama fana,
Kepada harap yang digantung, dan rumpang yang tak kunjung rampung.