Oleh: rho
Jalar itu, melingkungi berdikari
Membelenggu siku pena ‘tuk melantur
Lantang kululuh-lantakkan dengan persepsi
Namun yang kudapat adalah penalti busur
Dari tutur tanpa etiket “sang saksi”
Berlindung pada mayor demi eulogi yang tersungkur.
Sulur itu, kian mengular menyinggah bisa
Menjeratku, menerkamku, melilitku;
Hingga kumulai melepas buah pikiran baka;
“Tuliskan apa yang ada dalam pikiranmu”
Yang kutemui hanya cemaran cerca
Rangkap itu, apakah berupa pena?
Kausa itu, apakah berupa aksioma?
Jerat itu, apakah berupa kata?