Seberapa sering kamu meng-update kegiatanmu dengan fitur Instagram Stories? 1 kali? 2 kali? 10 kali? Instagram Stories atau InstaStory (ada juga yang menyebutnya Snapgram) dikabarkan akan dapat dinikmati bagi pengguna dalam bentuk web desktop ataupun mobile, namun tahukah kalian “story” dibalik pamornya fitur yang terus melonjak sejak dirilis ini?

Pada 2 Agustus 2016, melalui blog resminya Instagram mengumumkan fitur baru yang diberi nama Instagram Stories. Fitur baru ini lantas menarik para pengguna media sosial untuk beralih dari Snapchat. Jack Brody, salah satu karyawan Snapchat membagikan tweet kekecewaan lewat Twitter pribadinya dengan menyamakan hal ini dengan insiden Penjiplakan pidato Michelle Obama oleh Melania Trump.

Seperti dilansir marketer.com, data dari sebuah agensi media sosial yang tidak mau disebutkan namanya menunjukkan penurunan drastis dari pengguna Snapchat sebesar 20% – 30% periode Agustus 2016 hingga pertengahan Januari 2017. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama, pengguna Instagram Stories justru mencapai 150 ribu pengguna setiap harinya.

Seperti tidak mau ketinggalan, sang pemilik Instagram sendiri yaitu Facebook juga meluncurkan fitur yang sama tapi tak serupa bernama Facebook Stories pada 28 Maret 2017. Fitur baru pada Facebook ini justru terkesan tidak setengah-setengah dalam menjiplak pesaingnya yaitu Snapchat. Facebook menawarkan durasi video selama 20 detik dengan pilihan face filter yang lebih bervariasi dan kelebihan yang tidak ada pada pesaingnya, double post yang memungkinkan pengguna untuk membagikan Facebook Stories juga Instagram Stories secara bersamaan.

Tak hanya Instagram dan Facebook, beberapa media sosial lain pun mengikuti jejak mereka untuk menambahkan fitur serupa pada aplikasinya. Sebut saja WhatsApp yang pada tanggal 22 Februari 2017 juga merilis fitur serupa. Dilansir dari blog resminya, fitur ini merupakan pengembangan dari WhatsApp Status yang sebelumnya hanya berupa tulisan singkat. Menyusul pula Path dengan fitur serupa yang dirilis pada 22 Maret 2017 dengan nama Coverstory.

Masalah Hak Cipta

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah langkah yang dilakukan Instagram dan media sosial lainnya yang menyalin fitur ini diperbolehkan tanpa dituntut oleh sang pemilik aslinya (Snapchat, red) ? Pada awal dirilisnya Instagram Stories, CEO Instagram, Kevin Systrom dalam wawancaranya dengan techcrunch memberikan kredit penuh kepada Snapchat atas fitur ini. Menurutnya, hal ini merupakan hal wajar apabila meniru konsep orang lain yang dikemas dalam format yang berbeda. Menurut ahli hukum Prof. Arti Rai dari Duke University Amerika Serikat, hukum hak cipta dan merek dagang tidak melindungi penerapan fitur serupa seperti yang dialami Snapchat mengingat perbedaan antarmuka antar aplikasi. “Tidak masalah megambil gagasan seseorang selama ekspresimu berbeda,” kata Rai. Gagasan adalah hal yang samar. Meski bisa dilindungi secara paten, menurut Rai hal tidak bisa terlalu abstrak.

Nada serupa juga diutarakan oleh Jeremy Harris, seorang pengacara di Bidang Hukum Kekayaan Intelektual. Menurutnya, Snapchat tidak punya alasan untuk menutut Instagram atau media sosial lainnya. “Kecuali jika mereka menyalin kode sumber yang mendasarinya, atau mungkin tampilan yang persis,” ujarnya seperti yang dilansir dari fastcompany.com. Pada intinya, dalam dunia pengembangan software, kreatifitas sangat diperlukan untuk membuat sesuatu yang bukan milik kita bisa menjadi milik kita. Jadi sebelum memikirkan konsep apa buat aplikasi kita, yuk update instagram story dulu 😉 . (rrt)