DISPLAY
– Developer Student Clubs yang dapat disingkat menjadi DSC merupakan komunitas bentukan Google di berbagai universitas, salah satunya Universitas Brawijaya (UB).  Dilansir dari situs resmi Google Developers, DSC dirancang untuk menjadi wadah bagi mahasiswa yang tertarik dengan teknologi di Google Developers. DSC memiliki tujuan untuk berbagi ilmu dan membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuannya di bidang aplikasi mobile dan web.  Selain itu, disebutkan pula bahwa pihak Google memiliki misi yaitu “helping students bridge the gap between theory and practice”, yang berarti membantu mahasiswa untuk memperkecil gap antara teori dengan praktik. Dengan misi tersebut, DSC diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan membangun solusi untuk bisnis lokal dan komunitas mereka.

Terbentuknya DSC sendiri dimulai dari berbagai seleksi tahunan yang dijalani oleh calon Lead, sebutan wakil dari universitas. Apabila calon tersebut diterima, maka akan terbentuk DSC di universitas tersebut dengan wakil tersebut sebagai Leadnya. “Ketika memang ada Lead dari suatu universitas diterima, yaudah berarti ada komunitas di universitas itu, salah satunya UB,” ujar Vivy Junita, Lead DSC. Kemudian Vivy menambahkan, jika memang tidak ada wakil Lead dari suatu universitas, maka DSC tidak terbentuk di universitas tersebut. “Misalnya nih, tahun ini enggak ada Leadnya, ya sudah berarti DSC di universitas ini enggak ada,” tambahnya. Di UB sendiri DSC telah ada hingga angkatan kedua, dengan Vivy sebagai Leadnya saat ini. Terdapat 5 core team yang membantunya, yaitu Putra Utama, Arifandis Winata, Imam Farouqi, Wildan Oktavian, dan Reinhard Jonathan.

Kegiatan DSC di UB meliputi workshop, project building, dan global challenges. Salah satu kegiatan tersebut yaitu workshop, telah dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2019 lalu dengan membahas tentang Design Thinking. Tak hanya itu, Vivy menyebutkan bahwa DSC UB akan terus mengadakan workshop dalam dua minggu sekali. “Dari workshop itu bakalan diarahin buat mengerjakan proyek. Nah, kalau proyeknya kelar, bisa ikut deh global challenge yang diadain Google Developers,” ujar Vivy.

Vivy memamparkan bahwa DSC UB terbuka untuk umum, dengan prioritas utama adalah mahasiswa UB. “Sebenarnya terbuka sih, cuman kan Leadnya (mahasiswa, red) UB. Kan otomatis yang berhak mendapat fasilitas utamanya, prioritaskan untuk anak UB,” Ujar Vivy. Selain itu Vivy menambahkan, jika peserta ingin menjadi core team, caranya adalah dengan semangat dan niat untuk belajar. “Yang belajarnya bagus, semangat, yang benar-benar niatnya untuk belajar, nah itu bakal kita tarik jadi core team. Tapi untuk kegiatannya, semua mahasiswa bisa daftar,” ujar Vivy.

Saat ditanya mengenai kenapa harus bergabung di DSC, Vivy menjelaskan bahwa sebenarnya DSC tidak diwajibkan. Akan tetapi jika ingin belajar, mereka akan menyediakan tempat untuk belajar, begitupun dengan mentornya. “Ketika memang mau belajar, bingung siapa yang mau mentorin, terus sudah disediain kita kayak langsung gini, ya kenapa enggak? Kayak gitu,” ujar Vivy.

Dengan adanya DSC di UB, Vivy memiliki harapan supaya teman-teman tidak hanya tahu tentang teori, tetapi juga bisa berpotensi dan juga berkembang. “Aku penginnya anak-anak itu semuanya berpotensi. Pengin kita tarik, pengin kita ajarin kayak gimana caranya meraka juga bisa berkembang lho,” tutup Vivy. (hy)

Sumber gambar: Instagram DSC UB