Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani bergizi tinggi yang mengandung protein, lemak, mineral, vitamin yang baik untuk tubuh. Sumber protein hewani ini juga memiliki harga yang relatif murah ketimbang daging sapi atau kambing. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, kebutuhan daging ayam bisa mencapai lebih dari 3 juta ton. Namun, dengan kebutuhan yang banyak itu daging ayam masih inklusif sehingga dapat merusak ketahanan pangan.

Pembudidayaan ayam broiler yang telah terbantu dengan teknologi Chickin mampu menyalurkan lebih dari 300 ribu ekor ayam atau setara dengan 640 ribu ton ke lima provinsi di Indonesia. Produk inovasi yang diunggulkan adalah sistem kandang tertutup (closed house system) dengan teknologi Clearing-House Mechanism (CHM) yang mempermudah dalam proses pemberian pakan dan pemberian minum otomatis. Kandang juga dipastikan memiliki pencahayaan, terowongan ventilasi, dan pendingin evaporasi yang baik.

Berbeda dengan sistem kandang terbuka (opened house system) karena closed house melalui sistem IoT dan menggunakan micro climate controller yang dapat mengatur suhu, kelembaban, dan level oksigen. Dengan begitu, ayam yang dihasilkan berproduktivitas tinggi dan dapat tumbuh secara optimal karena minim tertular penyakit dengan tingkat kematian yang rendah yaitu sebesar 1-3 persen. Selain menghasilkan ayam berproduktivitas tinggi, peternak juga mendapatkan keuntungan 300-400 persen lebih tinggi. Melansir dari Mime Asia, hal semacam ini tentunya akan meningkatkan produktivitas budidaya ayam bagi peternak hingga 200 juta ekor ayam dalam waktu tiga tahun.

Solusi teknologi Chickin juga hadir bersama dengan hadirnya aplikasi mobile untuk memudahkan peternak memanajemen kandang. Tidak hanya itu, pada aplikasi Chickin juga tersedia produk ayam segar dan frozen yang berkualitas. Kini aplikasi dapat diunduh melalui Play Store ataupun App Store. (zh)