
Judul: Tanah Air Beta
Produser: Mildo Seran, Nia Zulkarnaen
Sutradara: Ari Sihasale
Penulis Naskah: Armantono
Genre: Drama, Keluarga
Durasi: 95 menit
Tanggal Rilis : 17 Juni 2010
Pemeran: Alexandra Gottardo, Asrul Dahlan, Griffit Patricia, Yahuda Rimbindi, Lukman Sardi, Ari Sihasale, Robby Tumewu, Tessa Kaunang
Film yang ditulis oleh Armantono dan disutradarai oleh Ari Sihasale ini dibuka dengan keadaan politik pasca referendum di perbatasan Timor-Timur tahun 1999 (yang sekarang menjadi Timor Leste) dan NTT. Kejadian tersebut mengakibatkan warganya harus rela berpisah dengan keluarganya. Salah satunya adalah Tatiana (diperankan oleh Alexandra Gottardo) dan putrinya, Merry (diperankan oleh Griffit Patricia). Mereka terpaksa meninggalkan Timor-Timur yang pada saat itu tengah dalam proses melepaskan diri dari NKRI. Tatiana bahkan meninggalkan putranya, Mauro yang saat itu dititipkan kepada pamannya yang tetap bertahan di Timor-Timur.
Tatiana dan Merry tinggal di sebuah kamp pengungsian di daerah Uabelo, NTT bersama dengan ribuan pengungsi lainnya yang bernasib sama dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan sangat minim sarana dan prasarana. Tatiana sehari-hari bekerja sebagai guru relawan yang mengajar di kamp pengungsian bersama Merry yang juga menjadi murid disana. Salah satu muridnya yang bernama Carlo (diperankan oleh Yahuda Rumbindi) sangat jahil kepada Merry, hal ini dilakukan Carlo karena sangat kesepian setelah kedua orang tuanya meninggal.
Suatu hari Tatiana dan Abu Bakar (diperankan oleh Asrul Dahlan) pergi ke Motaain untuk mengirim pesan kepada Mauro, namun dalam pesan tersebut Mauro hanya ingin bertemu dengan Merry saja. Mengetahui hal itu, Merry nekat berangkat ke Motaain dengan bekal seadanya. Sementara itu, Tatiana panik mencari Merry yang tidak ada di rumah. Ia pun langsung menyuruh Abu Bakar untuk turut mencari Merry. Sesampainya di pasar, Abu Bakar bertemu dengan Carlo dan menyuruhnya untuk ikut mencari Merry.
Dalam perjalanan mencari Merry, akhirnya Carlo menemukan Merry di jalan raya menuju perbatasan. Namun Merry bersikeras tidak mau pulang. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Motaain, daerah perbatasan Timor Leste dan NTT. Di akhir cerita Merry dan Carlo menyanyikan lagu Kasih Ibu untuk menemukan Mauro.
Inti cerita ini sederhana, yaitu keinginan dan perjuangan Tatiana dan Merry untuk bertemu kembali dengan Mauro. Di dalamnya juga ditunjukkan bagaimana kondisi daerah pengungsian NTT pasca referendum. Film ini sangat menonjolkan sisi nasionalisme serta kecintaan tokoh utama kepada Indonesia dengan memilih tinggal di kamp pengungsian NTT, dan ditambah lagi terdapatnya adegan dimana para tokoh menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Akting Alexandra Gottardo yang dapat menjiwai perannya sebagai Tatiana juga menjadi nilai tambah untuk menjadikan film ini patut diacungi jempol.
Film besutan Ari Sihasale yang dikemas secara manis ini mengajarkan nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan kesabaran. Film ini juga dapat membuka pandangan kita akan kehidupan sosial yang ada di tengah-tengah saudara sebangsa kita. Namun kurangnya subtitle pada dialog yang menggunakan bahasa daerah membuat penonton kurang mengerti maksud dialog tersebut. Namun secara keseluruhan, film ini sangat layak ditonton seluruh kalangan. Khususnya para generasi muda yang sarat akan makna nasionalisme. (yf)
Sumber gambar: 21cineplex