Oleh: IZ

Baru saja kudengar ibu berbincang dengan Ais
Dibelainya rambut anak perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu itu

Dua minggu berlalu, masih saja ia menangisi jabang bayi yang mati dalam perutnya
Menyesali atas ketidakadilan dunia yang menimpanya
Tidak, tidak
Ia benci memikirkannya
Namun jelas ia bukan satu-satunya
Mungkin ada beberapa, rekan kerja
Buruh buruh lain yang bernasib sama seperti dirinya

“Mengapa tidak berhenti saja nduk?”
“Tidak bu…”
Ais masih harus bekerja, hak kita masih tersita disana
Tenang saja bu, mereka masih membutuhkan kita
Jika ditanya mengapa, pasti karena murah
Buruh murah, upah koin rupiah

Kudengar ibu menghela nafas
Suaranya lirih, ikut menangis
Siapa yang tega melihat putrinya menderita
Kalau bukan karena nasib miskin menimpanya
Kalau bukan karena telanjur masuk lubang buaya

Gemetar aku mendengar
Telah hilang rasa kemanusiaan
Dengan hebatnya penguasa, manfaatkan celah kemiskinan
Memperdaya manusia tak cukup pendidikan
Memaksa perempuan bekerja hingga malam
Dengan dalih memperpanjang kontrak kerja
Meskipun jaminan nyawa jadi taruhannya