
Oleh: alfn
Aku menulis puisi,
puisi tiga kata.
Setiap baris berbeda,
setiap kalimat berbeda.
Mengapa tiga kata?
Mengapa tidak empat?
Mengapa tidak lima?
Jawabannya sudah jelas,
karena terdiri dari,
kata kata kata.
Mungkin kamu bertanya,
mengapa aku begini?
Aku juga bertanya,
mengapa kamu bertanya?
Apakah ini salah?
Apakah ini benar?
Apa itu benar?
Apa itu salah?
Aku jadi bingung,
tujuanku hanya menulis,
bukan untuk mikir.
Ayolah menulis lagi,
tetapi diriku teringat,
menulis perlu membaca,
aku tidak membaca,
pantas aku buntu.
Aku tidak tahu,
aku menyalahkan waktu,
karena tidak cukup,
untuk memenuhi keinginanku.
Aku ingin merayu,
kepada siapa itu,
mari bermain analogi.
Andai wujudmu ketiak,
ragaku adalah deodoran.
Tidak peduli sikapmu,
satu hal pasti,
aku tercipta untukmu.
Itulah makna puisi,
berapa banyak kata,
bukan masalah utama,
yang penting intinya,
aku cinta padamu.