Wanita itu masih setia menunggumu
Merajai matahari berteman embun pagi
Dengan tangan dingin dibalik syal yang ia rajut sendiri
Dengan secangkir kopi hangat menyambutmu kembali
Sesekali ia memejam mata
Menghampar bayangmu bersama lirih doa
Mencoba menangkap suara yang mungkin derap langkahmu
Hingga embun pudar terajam terik,
Hingga bulan menyapa menyapu
gelap…
Kamu tak datang, kamu seakan lupa arah pulang
Dan hebatnya Ia tak pernah bergeming
Selalu saja ada kopi hangat yang baru untukmu
Berteman waktu, memenggal rindu…
(ab)