Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan sebuah gagasan yang diluncurkan Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pada tahun 2020. Kebijakan ini dibuat dengan tujuan untuk membawa transformasi pada pendidikan tinggi, terutama mahasiswa, untuk bebas menentukan studi selama menjalani perkuliahan. Mahasiswa diberikan hak untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya.
MBKM menawarkan berbagai program di bidang Teknologi Informasi yang menjadi ranah keilmuan mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB). Melalui MBKM, mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar di luar program studi mereka hingga 3 semester.
Dari berbagai program MBKM yang ada, Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) menjadi program pilihan favorit mahasiswa FILKOM UB. Bagaimana tidak? Mahasiswa bisa mendapatkan penghargaan berupa konversi mata kuliah hingga 20 SKS dan sertifikat magang atau keilmuan bertaraf nasional bahkan internasional. Tidak heran lebih dari 500 mahasiswa FILKOM antusias mengambil kesempatan mengikuti program MSIB ini. Ada juga program MBKM lain yang diminati mahasiswa, seperti Kampus Mengajar dan Pertukaran Mahasiswa yang memiliki benefit-nya masing-masing.
Empat tahun setelah awal peluncuran, MBKM tidak semerdeka namanya. Mahasiswa dihadapkan dengan beragam administrasi dan penugasan yang harus dikerjakan selama menjalani kegiatan.
Proses pendaftaran MBKM tidak mudah. Setumpuk berkas administrasi harus disiapkan oleh mahasiswa sesuai prosedur. Kalau tidak, sanksi akademik akan menanti mahasiswa di kemudian hari.
Ketika kegiatan MBKM sudah berjalan, mahasiswa tidak lepas dari tanggung jawab yang harus dijalankan. Aktivitas, tugas, dan proyek kegiatan MBKM sebagai hasil luaran cukup menyita waktu, pikiran, dan tenaga mahasiswa. Selain itu, masih terdapat tugas dari fakultas yang dirasa memberatkan oleh sebagian besar mahasiswa FILKOM itu sendiri. Belum lagi dosen pembimbing yang sulit dihubungi untuk melakukan pertemuan bimbingan.
Berbagai macam tugas dan laporan harus dikerjakan mahasiswa selama menjalani kegiatan. Kegiatan MBKM belum 50% berjalan, tetapi mahasiswa sudah diharuskan menyelesaikan hampir keseluruhan laporan akhir, hanya menyisakan bab penutup sebagai laporan kemajuan tengah kegiatan.
Tenggat pengumpulan laporan tersebut juga tidak kalah merepotkan. Pada saat mahasiswa yang mengikuti perkuliahan reguler di kampus bisa berkumpul dengan keluarga ketika lebaran, mahasiswa MBKM masih berkutat dengan laporan akhir yang harus segera mereka selesaikan.
Pada saat kampus tempat berkuliah, perusahaan tempat magang, serta sekolah tempat Kampus Mengajar masih libur dan cuti hari raya, mahasiswa MBKM masih harus berkutat di hadapan laptop untuk mengejar tenggat pengumpulan laporan akhir yang tidak mengenal momentum waktu keluarga ini. Belum lagi dihadapkan dengan persiapan presentasi kemajuan tengah kegiatan yang dilaksanakan pada pekan berikutnya.
Mungkin tugas dan laporan yang seabrek tersebut tidak begitu menjadi masalah bagi mahasiswa yang mengikuti program Studi Independen. Mereka masih bisa mencicil kewajiban tersebut di sela-sela aktivitas mereka yang tidak memerlukan mobilitas tinggi.
Namun, tidak demikian bagi mahasiswa yang mengikuti program Magang Industri maupun Kampus Mengajar. Setiap hari kerja, mereka beraktivitas di perusahaan atau sekolah masing-masing, mengerjakan tugas dan proyek yang diberikan, dan masih terdapat tuntutan dari kampus yang harus segera diselesaikan. Tak ayal, kebanyakan dari mereka mengalami stres karena kelelahan.
Semua tanggung jawab besar tersebut tidak diiringi dengan reward yang selayaknya. Beberapa mahasiswa berpotensi untuk tidak mendapatkan 20 SKS yang dijanjikan. Ada beberapa mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan urusan administrasi saat masa pendaftaran. Beberapa mahasiswa yang lolos MBKM menempati posisi yang tidak ada di formulir rekomendasi dosen pembimbing akademik, bahkan beberapa lainnya tidak sempat mendapatkan tanda tangan dari ketua program studi masing-masing. Hal-hal tersebut membuat mahasiswa ini mendapatkan penalti fakultas berupa pengurangan SKS konversi yang diterima.
Tidak jarang, mahasiswa MBKM FILKOM membandingkan nasib malangnya dengan rekan kerja yang lain. Banyak rekan MBKM mereka yang diberi kemudahan administrasi oleh fakultas atau perguruan tingginya masing-masing. Ada beberapa rekan dari universitas lain yang hanya diwajibkan mengerjakan laporan akhir. Beberapa diantaranya juga diwajibkan melakukan seminar tanpa adanya penugasan sebagai luaran hasil kegiatan MBKM.
Bagaimanapun, kewajiban dan kegiatan yang diberikan oleh mitra MBKM sudah mengambil banyak porsi di waktu, pikiran, dan tenaga mahasiswa. Tidak selayaknya fakultas membebankan tugas tambahan yang cukup banyak dan tidak mengenal waktu.
Pada akhirnya, sebanyak apapun tugasnya, mahasiswa MBKM tetap dianjurkan untuk menyelesaikannya tepat waktu karena semua tugas dan laporan itu memiliki persentase yang lumayan besar terhadap nilai akhir mata kuliah konversi MBKM. Tidak peduli itu saat libur lebaran atau di tengah kesibukan kegiatan MBKM yang sudah padat ini.
Penulis
- Ahmad Fauzi
- Rizky Dwi Purnomo