Oleh: Oleh: Dhiyaa’ Ayu Widaad Citra
COVID-19 telah mengubah kebiasaan kita, mulai dari kebiasaan sehari – hari, sampai pada bidang pendidikan. Jika semula pendidikan dilakukan secara langsung, kini pemerintah mengimbau untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di rumah secara dalam jaringan (daring). Kita melakukan kegiatan pendidikan seperti sekolah atau perkuliahan pun dengan mengandalkan gawai, laptop, serta jaringan yang memadai. Awalnya memang hal ini terdengar menarik dikarenakan guru serta murid tidak lagi harus lelah datang ke sekolah untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Namun ternyata setelah sekian lama kita melakukan proses belajar mengajar secara daring, kendala-kendala mulai bermunculan. Dilansir dari kompas.com, terdapat sekitar 50% guru kekurangan komputer atau internet di rumah. Akibatnya, guru akan tetap masuk ke sekolah untuk menggunakan laboratorium komputer sekolah.
Selain itu juga kendala sangat dirasakan oleh guru yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Dilansir dari radarsurabaya.jawapos.com, ada wilayah yang masuk dalam blank spot (tidak ada sinyal komunikasi). Wilayah tersebut diantaranya Kepulauan Sumenep, Pacitan, dan Trenggalek. Untuk itu, agar aktivitas belajar mengajar ini berjalan dengan lancar, maka peran pemerintah sangat dibutuhkan, misalnya dengan menyediakan bantuan Base Transceiver Station (BTS) mini untuk membantu daerah-daerah terpencil. Tentu hal ini tidak boleh dianggap remeh hanya karena melakukan proses belajar mengajar secara daring masih bersifat sementara. Jika kendala-kendala ini tidak segera diatasi maka hal ini akan menimbulkan masalah yang serius, seperti berkurangnya minat anak untuk bersekolah dan malas belajar dikarenakan guru yang jaringannya kurang memadai hanya akan memberikan tugas saja tanpa melakukan tatap muka secara daring. Begitu pun dengan siswa yang jaringannya kurang memadai ataupun tidak mempunyai gawai dan laptop akan menyepelekan proses belajar mengajar.
Gagapnya teknologi juga merupakan kendala yang besar bagi guru saat melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Dilansir dari Republika.co.id, banyak guru yang pusing membuat kelas Zoom dan dengan banyaknya file tugas yang dikumpulkan siswa, sehingga membuat memori gawai penuh. Untuk itu, guru dituntut untuk memiliki gawai yang mumpuni untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring. Kendala juga sangat dirasakan bagi guru yang mempunyai anak yang masih bersekolah dasar dan melakukan pembelajaran secara daring juga. Kebanyakan dari mereka kewalahan saat harus mendampingi anaknya sendiri dan mengajar secara daring.
Mau tidak mau, baik guru maupun siswa harus beradaptasi dengan situasi saat ini. Mungkin untuk guru yang sudah terbiasa dengan teknologi masa kini tidak akan mengalami kesulitan. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar secara daring ini perlu adanya pelatihan/sosialisasi teknologi informasi untuk melaksanakan belajar mengajar secara daring pada guru. Tetapi, hanya dengan melakukan sosialisasi dengan guru saja juga tidak cukup, karena jika hanya guru yang mengerti akan teknologi yang digunakan tetapi para orang tua tidak memahami akan sulit juga. Seperti pada anak SD dan TK yang tetap harus didampingi saat mengerjakan tugas dan melakukan sekolah secara daring.
Pada tanggal 25 November bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2020. Momen ini sangat tepat untuk membangkitkan semangat guru untuk tetap melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Dilansir dari kemdikbud.go.id, tema peringatan Hari Guru Nasional tahun 2020 adalah “Bangkitkan Semangat Wujudkan Merdeka Belajar”. Menurut saya tema ini sangat cocok dengan kondisi saat ini, guru membutuhkan semangat untuk membangkitkan semangat mengajar secara daring. Oleh karena itu, mari kita bangkitkan semangat dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar secara daring. Selamat Hari Guru Nasional 2020.