
Dilansir dari grasshopper, coding adalah cara manusia berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa pemrograman. Coding juga berfungsi untuk membuat suatu program yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Pada era serba digital seperti sekarang, coding memiliki potensi dan peluang yang tinggi untuk jenjang karier seseorang. Banyak pihak yang setuju bahwa coding dikatakan sebagai kemampuan yang relevan bagi karier di masa depan. Hal ini dikarenakan sudah banyak perusahaan dan kegiatan manusia yang memanfaatkan teknologi digital serta membutuhkan gadget untuk beroperasi.
Meskipun begitu, masih banyak kalangan mahasiswa yang beranggapan bahwa coding tidaklah mudah. Tidak terkecuali juga mahasiswa Filkom. Tingkat kesulitan coding sendiri terbilang cukup sulit karena biasanya banyak ditemukan error dan susah menemukan solusi. Keresahan mahasiswa ini sudah terbilang lumrah didengar ketika dihadapkan dengan persoalan coding.
Berkuliah di Fakultas Ilmu Komputer tidak menjamin semua mahasiswa akan enjoy dan menyukai pelajaran coding. Susahnya coding itu sendiri dan banyak mahasiswa yang belum menyadari pentingnya coding untuk karier masa depan menjadi beberapa penyebabnya. Padahal jika mahasiswa mendalami coding, mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan error. Terlebih lagi sudah banyak solusi error yang dapat dilihat melalui internet serta banyaknya platform pembelajaran coding di internet yang dapat diakses secara gratis dan kapan saja.
Sistem pengajaran coding di Filkom sendiri sudah sesuai dengan standar. Beberapa media pembelajaran juga dilakukan dengan menerapkan kolaborasi video, e-learning, dan media penunjang lainnya sehingga seharusnya tidak ada alasan lagi bagi mahasiswa Filkom untuk berpikir bahwa coding itu susah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya mahasiswa yang mampu memahami atau bahkan mahir menyelesaikan coding dengan baik.
Namun kenyataannya, banyak mahasiswa Filkom berargumen bahwa mereka salah jurusan saat dihadapkan dengan hal yang berkaitan dengan coding. Tentu muncul persepsi apakah sistem pembelajaran yang kurang maksimal atau memang kurangnya kesadaran mahasiswa Filkom sendiri. Banyaknya sumber coding di Google yang memudahkan mahasiswa juga membuat mereka cenderung ingin hal yang instan dengan menduplikasi source code yang ada tanpa memahaminya. .
Kurangnya kemampuan coding mahasiswa Filkom sudah dianggap hal yang biasa. Meskipun tidak semua mahasiswa Filkom seperti itu, namun fakta tersebut dibuktikan dengan banyaknya tren pemilihan topik skripsi non coding, seperti UI/UX dan semacamnya. Apakah mahasiswa yang yang mengambil topik skripsi non coding tidak pandai dan memahami coding? Tentu sedikitnya topik skripsi terkait coding sudah cukup merepresentasikan banyaknya mahasiswa menghindar dari hal yang berkaitan dengan coding. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya semangat membaca dan rasa ingin tahu mahasiswa untuk mendalami coding. Meskipun begitu, mahasiswa Filkom tidak bisa dilepaskan dari coding karena hampir semua materi dan pembelajaran di Filkom selalu berkaitan dengan coding.
Jika ditelusuri lebih dalam lagi, sebenarnya banyak mahasiswa yang ingin mendalami coding, tetapi mereka bingung harus mulai darimana dan malu untuk bertanya kepada dosen. Hal ini merupakan dampak dari adanya kuliah online akibat COVID-19. Banyak mahasiswa Filkom yang beranggapan bahwa jika mereka kuliah offline maka mereka akan lebih memahami materi coding.
Seharusnya hal tersebut bukan menjadi penghalang bagi mahasiswa Filkom untuk tidak mengasah kemampuan coding mereka. Mahasiswa Filkom harus memiliki kesadaran akan pentingnya coding dan meningkatkan rasa ingin tahunya. Jika setiap mahasiswa Filkom memiliki pola pikir seperti ini, maka mereka akan semangat mempelajari dan mengasah kemampuan sehingga akan meningkatkan peluang mereka mendapatkan karier yang bagus sesuai dengan kemampuannya.
Penulis: Hendra Darmawan, Auryn Seanita
Editor :