Launching Brawijaya Batik Days atau Brawijaya Berbatik pada Jumat (1/04) di lapangan rektorat, dihadiri oleh civitas Brawijaya dari berbagai fakultas. Pukul 08.00 WIB acara dimulai dengan parade batik yang bisa dikatakan mampu menarik perhatian mahasiswa. Selain itu, acara yang diusung oleh EM UB ini mensosialisasikan hastag #BrawijayaBerbatik ke sosial media, dan juga menginfokan bahwa di setiap tanggal satu pada awal bulan aktif perkuliahan sebagai hari khusus bagi seluruh civitas Brawijaya untuk mengenakan pakaian batik.

Dibalik bagusnya tujuan acara ini, yaitu untuk menumbuhkan kesadaran civitas Brawijaya dalam hal ini juga mahasiswa, malah terlihat tidak semua mahasiswa di Fakultas Ilmu Komputer mengenakan batik. Yang menjadi pertanyaan, sudah menyeluruhkah sosialisasi yang dilakukan oleh EM UB? atau malah mahasiswa, yang terkesan apatis dengan informasi yang berkembang?

407969
Ruang perkuliahan : beberapa mahasiswa tidak menggunakan batik pada launching Brawiajaya Berbatik, hari ini (1/04)

Terlepas dari semua pertanyaan yang ada, sasaran acara ini adalah mahasiswa. Hadirnya Brawijaya Berbatik, hanyalah sarana menyadarkan mahasiswa untuk sedikit meluangkan waktunya dalam pelestarian budaya. Karena tak setiap waktu, mahasiswa bisa memberikan waktunya untuk memperkenalkan budayanya.

“Kebiasaan menggunakan batik perlu dilatih sejak dini, sehingga ketika dewasa kita tidak merasa aneh untuk menggunakan batik pada kegiatan sehari-hari,” ujar Dedin, Teknik Informatika 2015.

Jadi, tanamkan pada diri kita dan anak-anak kita kelak bahwa menggunakan batik bukan sebuah kewajiban, melainkan kebiasaan menyenangkan yang bisa melestarikan warisan budaya nenek moyang. (faz, nda)