
Sudah beberapa waktu yang lalu Presiden Jokowi menyampaikan kebijakannya mengenai kenaikan harga BBM. Topik yang kontroversial tentu menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Bukan hanya mereka para politisi tapi juga para mahasiswa, petani, pedagang, ibu rumah tangga, sopir angkutan umum, tukang ojek, tukang gorengan, dan bahkan orang yang tidak terkena dampak langsung pun bersuara. Kebijakan kenaikan harga BBM ini pun menimbulkan berbagai fenomena yang menarik untuk diperbincangkan, diamati, dan dikaji. Berikut beberapa pendapat mahasiswa PTIIK
Nunug, “aku setuju karena sejak dari awal BBM bersubsidi aja udah salah sasaran, kurang efektif juga. Harapannya dengan naiknya harga saat ini ada dampak positif yang signifikan. kalo gak ada dampaknya baru aku gak setuju”
Merry , “kalo Pak Jokowi menaikkan harga BBM dengan alasan supaya orang Indonesia tidak ada orang miskin kenapa kita tidak setuju? Asalkan dananya memang benar-benar sampai kepada mereka, tapi kalo naiknya BBM hanya buat kepentingan pejabat Negara sebagai mahasiswa tentunya kita tidak setuju, karena kita peduli kepada rakyat yang kurang mampu , yang semakin terlantar dan terpuruk.”
Imam, “mungkin pemerintah lebih transparan, menaikkan harga BBM itu tujuannya apa, kalo emang ngurangi beban anggaran negara lalu dialihkan ke sektor lain, sektor lain itu apa, terus sebelum tiba-tiba dinaikan harganya dikaji dulu dampak positif dan negatifnya.”
Michell, “lagian Indonesia juga udah terlalu nyaman dengan ‘subsidi’. Mentalnya itu lo, padahal banyak golongan orang ‘mampu’ yang gak perlu dapet subsidi.”
Irma, “kalo menurut saya sebagai pejalan kaki sejati untuk sabar ini.. hehe gak ngaruh apa-apa paling harga makanan naik 500 perak hehehe”
Bayu, “kalo buat kita sih, ok aja, tapi gimana yang lain? Kayak nelayan yang pakek solar buat melaut “
Gerry, “BBM naik menurut saya? Bagus. Berani buat langkah perubahan. Sudah capek nih, Indonesia dicap sebagai negara berkembang”
Rizka, “Antara setuju sama nggak setuju. Setuju karena dengan pengurangan subsidi BBM, penggunaan BBM menurun. Mungkin juga pengguna kendaraan bermotor berkurang dan berdampak pada berkurangnya polusi dan kemacetan. Selain itu anggaran dana yang sebelumnya untuk subsidi BBM bisa digunakan untuk pendidikan dan hal-hal lain yang lebih penting. Tidak setujunya gini, kan banyak industri menggunakan BBM atau profesi lain misalnya tukang ojek dan lain-lain yang hidupnya bisa dibilang tergantung pada BBM. Jadi kalau BBM naik, kemungkinan produk mereka harus dikurangi atau bisa juga pelanggannya berkurang. Jadi kebijakan ini juga ada yang dikorbankan. Oleh karena itu lebih ditinjau lagi, kenaikan BBM ini lebih banyak kelebihan atau kekurangannya. Dan juga sebagai mahasiswa kita harus berpikir kritis dan logis jangan hanya bisa menghakimi pemerintah tanpa tau maksud dan tujuannya”. (Okta, Karina)