Rangkaian Acara Jelajah Almamater Universitas Brawijaya (RAJA Brawijaya) 2024 mengusung tema “Membangun Karakter Mulia dan Inovasi Hijau Menuju Indonesia Emas”. Tentunya, acara ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang menerapkan konsep green campus sesuai dengan tema yang diusung. Sayangnya, tidak sepenuhnya konsep green campus ini dapat direalisasikan dengan mantap oleh pihak panitia RAJA Brawijaya 2024.
Pada pelaksanaannya, atribut mahasiswa baru menggunakan bahan plastik seperti laminating name tag, bag tag, pin cluster, serta perlengkapan upacara pembukaan RAJA Brawijaya seperti flare dan spanduk yang tidak ramah lingkungan.
“Perlu kita ingat bahwa tidak selamanya ketika kita mengusung tema ‘green campus’, bahan-bahan itu tidak bisa digunakan,” ucap Muhammad Faiq Fedayeen selaku Wakil Ketua Pelaksana II pada sesi wawancara setelah hari pertama RAJA Brawijaya 2024. Faiq juga menerangkan bahwa penggunaan bahan-bahan tidak ramah lingkungan tersebut tidak bisa di-cut, hanya bisa dikurangi saja.
“Dari rektorat pun memperbolehkan penggunaan bahan-bahan yang tidak mendukung ‘green campus’ tersebut untuk selebrasi ini. Ini bersifat selebrasi dan kami ingin memberikan yang terbaik untuk adik-adik kami,” tambah Faiq.
Mahasiswa baru yang berada di venue hingga akhir acara juga diwajibkan membawa botol air plastik 1,5 liter yang digunakan untuk wudu. Hal ini menambah ketidakselarasan antara tema acara dengan realisasinya.
Menanggapi hal tersebut, Liya Agustita selaku Koordinator Humas RAJA Brawijaya 2024 mengatakan bahwa seluruh botol plastik, kardus makanan, dan semua barang-barang non daur ulang yang terkumpul akan dijual kembali melalui perantara yang dimiliki oleh pihak rektorat. Hasil penjualan sampah ini nantinya akan didonasikan ke Palestina melalui perantara dari rektorat juga.
Pada intinya, realisasi RAJA Brawijaya 2024 ini kurang linier dengan tema “green campus” yang diusung dan bertolak belakang dengan pelarangan kepada pers mahasiswa untuk melakukan penyebaran selebaran dengan alasan “green campus”.
(RD)