Animo mahasiswa yang membludak untuk datang ke TPS merupakan suatu perkembangan dari segi kepedulian dan keaktifan mahasiswa  diluar kegiatan akademik. Nanda, DPM PTIIK mengatakan, “Tahun lalu jumlah pencoblos kita (PTIIK) masih sedikit, tapi tahun ini patut diperhitungkan, kita adalah lumbung suara.”

Sutariyono, S.AB, yang akrab disapa Pak Tar, selaku kepala bagian kemahasiswaan PTIIK mengutarakan penilaian senada dengan yang disampaikan Nanda. Dalam kesempatan yang terbatas, ditemui saat meninjau ke TPS 22 Rabu siang (10/12), Pak Tar menyampaikan animo mahasiswa dalam Pemira tahun ini meningkat.

“Animo mahasiswa sangat bagus, dibanding tahun lalu meningkat. Mungkin karena tahun lalu TPS-nya di parkiran depan, jadi kurang banyak yang tau. Sekarang dengan TPS-nya disini, kan tempat berkumpulnya mahasiswa, jadi lokasinya pas,” tambah Pak Tar.

Dibalik tingginya animo mahasiswa yang datang ke TPS, menyebabkan masalah lain muncul. Tempat tunggu yang disediakan panitia tidak cukup menampung calon pemilih yang datang. Menurut Pak Tar , perlu adanya antisipasi waktu dari pihak panitia terkait dengan antrian yang panjang karena jumlah mahasiswa PTIIK yang banyak. “Ya mahasiswa memang masih ada kuliah juga, jadi waktunya ke TPS tidak bisa bebas, hanya bisa datang ke TPS disela-sela waktu kosong perkuliahan”, Pak Tar menjelaskan.

TPS PTIIK Membludak, Suara PTIIK Tidak Bisa MaksimalSampai habisnya durasi waktu yang telah ditentukan pihak panitia, ternyata masih ada calon pemilih yang sudah antri tetapi belum melakukan pencoblosan.  Sehingga koordinator Panwas Pemira memberi toleransi waktu hingga pukul 18.45 WIB bagi calon pemilih yang telah mengumpulkam KTM dan tinggal menunggu giliran.

Agar bisa mencoblos beberapa mahasiswa bahkan harus mengumpulkan KTM terlebih dahulu lalu ditinggal kuliah, yang nantinya kembali lagi untuk mencoblos. Hal itu tentunya karena daftar pemilik hak suara di PTIIK yang sangat banyak dan hanya terdapat satu TPS yang menangani.

Yang disayangkan, beberapa mahasiswa sampai tidak bisa mencoblos karena menunggu antrian dan tidak kebagian waktu. Seperti yang dialami Sarwo, Informatika 2011 beserta teman-temannya. “Kami sudah di sini menunggu antrian sepi. Setelah agak sepi ternyata karena TPS sudah tidak bisa lagi menerima antrian baru. Kami tidak terfikirkan kalau TPS bakalan tutup”, keluhnya.

Meski sepanjang jalannya pencoblosan terdapat kendala, Pak Tar menyampaikan ada peningkatan dari pada tahun lalu. “Alhamdulillah secara keseluruhan Pemira kali ini lancar. Panitia juga sudah berpengalaman”, Pak Tar memberikan penilaian secara umum.

Di akhir kata, Pak Tar juga menyampaikan harapannya ke depan bagi mahasiswa. “Semoga mahasiswa semakin maju untuk kepentingan mahasiswa,” tutup Pak Tar. (frank)