DISPLAY – Mahasiswa FILKOM kembali meraih gelar juara dengan menciptakan aplikasi penghubung konsumen dengan pedagang keliling. Adalah Tahu Telor Team yang mendapat predikat juara 1 pada ajang Software Development Competition yang diadakan di UGM pada 12 Maret 2017 lalu. Tim yang beranggotakan Devara Fikry Akmal, Ahmad Kamil, dan Aditya Wisnu yang merupakan mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2014 ini berhasil menciptakan aplikasi yang diberi nama Tobago (Toko Bergerak Online). Tobago merupakan perantara yang menghubungkan antara konsumen dengan pedagang keliling melalui aplikasi smartphone. “Dengan adanya Tobago, pedagang keliling dapat memasarkan produk dengan mudah serta mendapat tambahan pendapatan. Sedangkan bagi konsumen, Tobago membantu untuk melacak dan memanggil pedagang keliling,” terang Devara.

Ketika ditanya tentang dasar ide pembuatan aplikasi Tobago ini, Devara menjawab bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki pedagang keliling paling banyak. Hal ini diperkuat dengan hasil Sensus Ekonomi tahun 2016 (SE2016). Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah usaha non pertanian hasil pendaftaran usaha mencapai 26,7 juta usaha, atau meningkat 17,6 persen jika dibandingkan Sensus Ekonomi 2006 yang tercatat sebanyak 22,7 juta jumlah usaha. Dari 26,7 juta usaha hasil SE2016, tercatat 7,8 juta usaha yang menempati bangunan khusus untuk tempat usaha. Dengan demikian, ada lebih dari 70% usaha (18,9 juta) tidak menempati bangunan khusus. “Tentunya pedagang keliling yang merupakan usaha tidak menempati bangunan khusus usaha mengalami banyak kendala dalam melakukan usahanya, seperti sulit melakukan pemasaran, sulit dilacak keberadaannya, dan yang terakhir adalah manajemen waktu yang kurang baik karena pedagang keliling harus berkeliling tanpa tahu pasti dimana konsumennya berada. Oleh karena itu kami sebagai developer Tahu Telor Team berinisiatif untuk membuat solusi yang dapat membantu pedagang keliling dan pembelinya melalui Tobago,” jelas Devara.

Tak mudah bagi Tahu Telor Team merancang dan membangun aplikasi Tobago ini. Kesulitan datang ketika tim berulangkali menemukan ketidaksesuaian fitur dengan keinginan calon pengguna. “Kesulitannya dalam pengembangan aplikasi yang kami alami adalah ketika melakukan perancangan fitur dan melakukan uji coba serta wawancara kepada calon pengguna, pada tahap itu kami seringkali menemukan ketidaksesuaian antara fitur yang kami rancang dengan keinginan calon pengguna, namun tentunya itu semua dilakukan demi merancang fitur yang tepat untuk calon pengguna,” ungkap Devara.

Devara menjelaskan bahwa kedepannya tim berencana menjadikan Tobago sebagai StartUp. “Tentunya kami bertujuan untuk menjadikan Tobago sebagai StartUp, untuk saat ini kami akan menambah jumlah anggota developer dan berfokus untuk menyempurnakan aplikasi terlebih dahulu sebelum siap untuk diluncurkan,” jelasnya. Terakhir, Devara menyatakan bahwa ada banyak orang yang terlibat dalam proses perancangan dan pembuatan aplikasi ini. Devara menyebut rekan-rekannya yang tergabung dalam Tahu Telor Community dan Adam Hendra Brata sebagai dosen pembimbing berperan dalam melakukan uji aplikasi dan perancangan fitur aplikasi Tobago. (cis,nda)

 

sumber foto: dokumen pribadi