Sumber Gambar : Indah Ratna Sari

Setelah Universitas Brawijaya (UB) berupaya untuk memberikan sosialisasi kepada mahasiswanya dengan melakukan penapisan mandiri melalui aplikasi (baca : UB Lakukan Penapisan Mandiri Melalui Aplikasi UB Tanggap), pihak Rektorat kali ini memberikan bantuan kepada mahasiswa berupa bahan makanan pokok. Bahan makanan itu terdiri dari beras 5 kg, mi instan 20 bungkus, telur setengah kilo, sarden, abon,  kecap, teh, dan minyak goreng.

Pemberian sembako ini dibantu oleh Aliansi Advokesma UB, yaitu aliansi yang dibentuk oleh Eksekutif Mahasiswa (EM) UB pada periode ini dengan tujuan mewadahi kebutuhan dan permasalahan advokasi mahasiswa agar lebih cepat direspons. Aliansi Advokesma berisikan perwakilan dari Menteri Advokesma Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang ada di tiap fakultas. Selama peristiwa pandemi ini berlangsung, Aliansi Advokesma UB membantu pihak Rektorat untuk melakukan pendataan mahasiswa yang masih menetap di Malang.

Program pembagian sembako ini sudah diproses sejak tanggal 1 April lalu. Dimulai dari membagikan kuesioner mahasiswa, data yang terkumpul kemudian disaring untuk mengetahui target pembagian sembako. Sistem penyaringan dilakukan dengan menggunakan email UB. Dalam wawancara melalui pesan singkat, Menteri Advokesma EM UB, Giovanni Gavin Gunason menjelaskan bahwa mahasiswa yang berhak mendapatkan sembako adalah mahasiswa yang memenuhi syarat. Selain mengutamakan mahasiswa luar kota yang masih menetap di Malang, mahasiswa tersebut juga sedang dalam keadaan membutuhkan bantuan dengan melihat latar belakang mahasiswa yang bersangkutan. “Tergantung pekerjaan orang tuanya bagaimana. Kita filter juga apakah terkena dampak corona atau tidak. Kemudian juga itu dipertanyakan apakah kesulitan makan, kesulitan kebutuhan, kemudian juga ada tambahannya kira-kira apa yang mereka keluhkan juga ada di situ. Tapi yang untuk di Malang (rumah, red) juga diberikan kok ketika mereka memang membutuhkan sekali,“ jelasnya.

Terhitung hingga (9/4), ada 547 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) yang sudah mengisi kuesioner untuk meminta bantuan sembako. Aruf Rachman Hakim selaku Menteri Advokesma BEM FILKOM mengungkapkan Advokesma BEM FILKOM telah membantu Aliansi Advokesma UB dengan melakukan penyebaran informasi pendataan mahasiswa. “Pendataan dari seluruh Advokesma fakultas, penentuannya (penerima bantuan, red) dari Advokesma sama Kemahasiswaan. Perwakilan Advokesma juga ada yang membantu proses pendistribusiannya. Kemarin ditawarin juga yang mau ikut silakan,” katanya melalui pesan singkat.

Menurut data yang diterima, terdapat lebih dari 4000 mahasiswa yang mengisi kuesioner memerlukan bantuan sembako. Pembagian sembako tidak hanya dilakukan oleh Aliansi Advokasi UB, namun juga dibantu oleh Ikatan Keluarga Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB). Sementara ini, baru 700 mahasiswa yang telah menerima bantuan dengan perincian 400 sembako dari Aliansi Advokesma dan 300 sembako dari IKA UB.

Giovanni mengatakan pendataan dan pembagian sembako masih tetap akan berlanjut. “Nanti ada pembagian lagi. Jadi gini nanti kan 400 mahasiswa awal itu kan nanti ada mereka itu dibagikan minimal dua kali dalam termin waktu 3 minggu. Sisanya nanti kita mendata lagi, kita sudah masuk datanya sekitar 4000-an mahasiswa, itu nanti Insyaa Allah akan kita perjuangin juga,” ujarnya. 

Cristina Pravitasari, mahasiswi Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi 2017 yang mendapat bantuan itu mengungkapkan pembagian dilakukan kolektif pada titik temu tertentu di antara beberapa mahasiswa yang mengisi kuesioner. “Jadi kita dimasukin ke grup WA, terus diinfokan tempat ambil dan waktunya. Kemarin siang diinformasikan mengenai titik tempat pengambilan yang letaknya tidak jauh dari kos. Setelah menerima bantuan tersebut, kita diminta untuk mengirimkan foto bukti penerimaan ke grup,” terangnya.

Sementara itu, Aliansi Advokesma UB yang melakukan proses pembagian sembako mendapatkan bantuan dari pihak kampus berupa Alat Pelindung Diri (APD). Giovanni menerangkan bahwa keamanan pembagi sembako dijamin oleh UB karena diberikan APD setiap harinya. “Kita disediakan kok Mas, APD-nya. APD dalam artian masker, kita juga punya handsanitizer, kita juga punya sarung tangan, itu kita diberikan lengkap, kecuali memang keluarnya enggak ada maksud apa-apa, karena itu (APD, red) diutamakan memang untuk pekerja kesehatan. Tapi kita disediakan kok berdasarkan protokol Tim Satgas Covid, semuanya ada,” tambahnya.

Giovanni menjelaskan, bahan makanan pokok yang diberikan bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan bantuan. “Rektorat itu tidak mengeluarkan uang secara fresh money ke kita, karena memang pendataan itu berdasarkan bantuan berupa barang. Apa yang dibutuhkan kita sediakan. Karena kalau fresh money itu risiko penyalahgunaan sangat besar sih,” paparnya. Selain itu, ia menjelaskan bantuan bahan makanan pokok ini merupakan upaya untuk mewujudkan aspirasi mahasiswa. “Bantuan kita itu by aspirasi mahasiswa, apa yang kita perjuangkan hari ini adalah bagian dari penyaringan aspirasi mahasiswa juga. Jadi apa yang dibutuhkan mahasiswa itu kita perjuangkan dan lewat-lewat kuesioner kita akhirnya,” imbuhnya.

Selama proses pembagian bantuan ini, Aliansi Advokesma mengaku mengalami kesulitan saat melakukan pendataan karena banyak mahasiswa yang mengisi kuesioner secara asal-asalan. “Mahasiswa kadang menyepelekan kuesioner kita jadi kayak misal nomor telepon, alamat, itu tidak diperhatikan dengan baik. Sama juga lonjakan kuesioner yang tiba-tiba karena dianggap kita kayak enggak serius juga sih pada awalnya ya. Kalau misal pendataan awal mereka udah ngisi kan enak juga kita membagi-baginya dan menyaring filter mahasiswanya,” keluh Giovanni. 

Untuk selanjutnya, Giovanni berharap berharap mahasiswa juga turut saling membantu dengan tetap di rumah dan mengisi pendataan dengan serius. “Teman-teman concern juga terhadap kuesionernya terkait kalau memang kita mengadakan suatu seperti itu tolong ditanggapi dengan serius. Kemudian juga kalau sekiranya teman-teman yang membutuhkan lebih diutamakan karena bagi saya di kala kondisi wabah seperti ini rasa empati mahasiswa tuh harus ditumbuhkan dalam artian kita harus peduli ketika ada mahasiswa lain yang lebih membutuhkan bisa lebih diutamakan. Memang kita prioritaskan yang lebih membutuhkan,” tutupnya. (lvy)