DISPLAY – Seperti yang telah disepakati pada sidang hari Jumat (5/3), sidang istimewa untuk menentukan perwakilan Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) dalam pendaftaran anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Brawijaya (DPM UB) dilanjutkan di hari Minggu (7/3) (baca juga: Sidang Ditunda, FILKOM Belum Tetapkan Wakil untuk DPM UB). Setelah melalui pending selama lebih dari 1 jam, sidang dimulai dengan Raihan Athallah Aditya selaku Koordinator DPM FILKOM yang menyatakan bahwa Rafi Arya Siregar dari program studi Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) telah menerima tawarannya untuk mewakili FILKOM dalam pencalonan anggota DPM UB.
Raihan menuturkan bahwa Rafi menerima tawarannya melalui aplikasi pesan singkat. “Kemarin (6/3, red) jam 00.30 saya sudah menghubungi mas Rafi dari PTI untuk mengajukan beliau sebagai calon anggota DPM UB dari FILKOM dan ia mengiyakan tawaran saya,” ujarnya. Presidium kemudian meminta Rafi untuk memberikan justifikasinya terkait pernyataan dari Raihan tentang pencalonan dirinya. Rafi menjelaskan bahwa ia bersedia menjadi perwakilan FILKOM dalam PEMIRA 2020 dengan beberapa pertimbangan. Sidang kemudian diakhiri secara singkat dengan ditetapkannya Rafi sebagai calon anggota DPM UB yang mewakili FILKOM.
Hingga saat ini, Rafi mengaku masih belum memiliki visi maupun misi yang jelas dalam mencalonkan diri selain demi kepentingan FILKOM. “Gak ada (Visi misi, red), saya ikut maunya KBM (Keluarga Besar Mahasiswa) FILKOM saja. Tapi misalnya ada pembuatan legislasi atau kegiatan yang mengharuskan advokasi mahasiswa FILKOM, mahasiswa FILKOM butuh advokasi yang cukup, saya bantu di situ aja, bantu support aja gitu. Kalau butuh apa, saya jadi wadahnya, kalau misalnya saya dibutuhkan atau diperlukan untuk pembantu dalam hal administrasi saya bantu,” tegasnya.
Rafi menekankan pula bahwa alasannya mencalonkan diri menjadi perwakilan FILKOM adalah karena kosongnya kursi orang yang rela mengorbankan diri demi FILKOM. Oleh karena itu, dirinya tidak berminat dalam mengikuti agenda DPM UB yang tidak menyangkut paut kepentingan FILKOM. “Saya males,” ujarnya.
Pernyataannya di atas tentu dapat memberi impresi bahwa Rafi tidak profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai DPM UB nantinya, namun ia menegaskan dirinya tidak peduli. “Sangat berterima kasih dan bersyukur saya dibebastugaskan. Kalau misal itu dinilai jelek ya itu urusan KBM FILKOM, orang setuju-setuju aja kok,” tuturnya.
Meski namanya telah disebut-sebut oleh rekannya pada sidang Jumat (5/3), Rafi mengedepankan mahasiswa lain dengan pengalaman dan niat yang lebih dibanding dirinya. “Di FILKOM (ada, red) angkatan 19, bahkan angkatan 18, 17 juga yang punya kemampuan lebih dari saya, punya kemampuan berorganisasi lebih dari saya, tapi gaada yang cukup berani buat berkorban,” jelasnya.
Rafi menambahkan bahwa sebenarnya dia tidak memiliki keinginan untuk maju sebagai calon DPM UB dan lebih mendukung Muhammad Ivan Wiryawan untuk maju. “Kalau misalnya saya mau saya sudah kalahin Ivan. Gampang itu buat ngalahin Ivan. Cuma saya gak mau, karena saya rasa Ivan itu lebih niat, dan niat itu lebih baik daripada sejumlah kemampuan. Dan saya rasa dia punya niat dan punya kemampuan jauh lebih dari saya,” tambahnya. Kini, Rafi telah resmi mendaftarkan dirinya sebagai calon anggota DPM UB yang mewakili FILKOM. “Jangan menyesal sudah pilih saya,” pesan calon DPM tersebut.