DISPLAY – Memasuki semester baru, pihak akademik FILKOM melakukan beberapa evaluasi sistem, mulai dari sistem KRS hingga penjadwalan kuliah. Perubahan sistem validasi KRS contohnya, dimana sebelumnya perlu proses yang cukup memakan waktu, namun mulai tahun ini hanya dengan melakukan validasi ke dosen PA (Pembimbing Akademik) saja. “Harusnya untuk lebih memudahkan dan kedepannya kita berharap yang lebih baik. Sekarang mahasiswa tidak harus ke akademik untuk validasi, hanya perlu komunikasi dengan dosen, setelah itu validasi, dan proses selesai,” ujar Yohanes Setiawan selaku staf akademik FILKOM UB.

Salah satu evaluasi sistem akademik yang diberlakukan pada semester ini adalah pelaporan atau pemberian informasi KHS (Kartu Hasil Studi), dimana sebelumnya dilakukan melalui surat cetak yang dikirim ke pihak orang tua dari mahasiswa terkait. Namun pada tahun ini beralih menjadi sistem online. “Sekarang kita kasih akun tersendiri untuk orang tua, dari universitas sendiri memberi kebijakan bahwa orang tua akan diberi akun sendiri. Hampir sama seperti mahasiswa, akun orang tua juga dapat secara real time me-monitor mahasiswanya,” imbuhnya.

Ada beberapa keluhan yang diterima oleh pihak akademik, seperti halnya ada mahasiswa yang mengeluhkan bahwa KRS yang sudah diisi sebelumnya tiba-tiba hilang (di-drop, red), “Saya sudah mengisi KRS, namun keesokan harinya tiba-tiba KRS saya hilang atau di-drop semua,” ujar Annisa A, salah satu mahasiswi Teknik Informatika angkatan 2015. Adanya aktivitas peretasan akun SIAM oleh pihak yang tidak bertanggung jawab berakibat KRS yang telah dirancang oleh mahasiswa tersebut menjadi berubah. “Jika kendala pada sistemnya, kami dari pihak akademik tidak memiliki kewenangan,” jelas Yohanes. Namun ada beberapa mahasiswa yang beranggapan bahwa peretasan tersebut dapat dilakukan melalui akun orang tua yang mulai digunakan pada semester ini. “Akun orang tua sendiri itu hanya untuk melihat data mahasiswa, tidak dapat merubah,“ imbuhnya.

Selain keluhan akan hilangnya mata kuliah yang sudah diambil, beberapa mahasiswa juga menemukan permasalahan yang sama seperti pada semester lalu yakni perihal ketidak ketersediaan kelas. “Saya sudah mengajukan batal tambah mata kuliah namun saya tetap tidak mendapat kelas,” ujar Jerry Kurnia S, salah satu mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2015. Untuk pembukaan kelas baru sendiri ada beberapa hal yang patut diperhatikan, seperti jumlah minimal mahasiswa tiap kelas adalah kurang lebih 15 orang, “Untuk jumlah mahasiswanya sendiri standarnya kemarin sekitar 15 orang, Namun tidak tahu untuk batal tambah ini, karena belum dibahas lagi berapa minimalnya,” ujar Muhammad Tanzil Furqon selaku Sekretaris Jurusan Teknik Informatika.

Oleh karena itu, akademik secara rutin setiap tahun akan selalu melakukan evaluasi terkait sistem KRS. “Ya kita setiap semester pasti ada evaluasi, jadi artinya yang dievaluasi biasanya perkiraan jumlah kelas, karena kan selalu masalah di awalnya kan perkiraan jumlah kelas. Cuman memang namanya perkiraan pasti tidak akan pernah 100% sesuai, yang selalu tepat adalah maba (mahasiswa baru) karena jumlah mahasiswanya sudah pasti. Oleh sebab itu kita ada mekanisme batal tambah ini, jadi ketika di KRS yang reguler itu masih belum terakomodasi, kita akan coba akomodasi lewat batal tambah ini,” ungkapnya. (mw,aa)