DISPLAY – Ada yang berbeda dari ajang kompetisi olahraga dan seni tahunan antar fakultas se-Universitas Brawijaya, Olimpiade Brawijaya (OB) pada tahun ini. Pasalnya, dua cabang olahraga yakni futsal dan basket ditiadakan dari daftar perlombaan yang akan digelar. Hal ini dilandasi oleh hasil audiensi pada hari Senin (01/10) lalu terkait mekanisme pelaksanaan dan penetapan cabang olahraga yang akan dikompetisikan.

Pada audiensi yang diikuti oleh pihak panitia, suporter, BEM, beserta kontingen tiap fakultas, didapatkan dua opsi terkait cabang olahraga futsal dan basket yang diberikan oleh Wakil Rektor III, Prof. Dr. Ir Arief Prajitno. Irhamsyah Reva Novrian selaku Koordinator Kontingen dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya menjelaskan bahwa Wakil Rektor III meminta pertandingan kedua cabang olahraga dilaksanakan berkelompok atau ditidakan pada tahun ini. “Berkelompok ini maksudnya untuk satu tim itu terdiri dari tiga fakultas, entah teknisnya seperti apa bakal dijelasin selanjutnya. Awalnya seperti itu rencananya, nah itu tiga fakultas itu bakal bertanding satu sama lain,” jelas Irhamsyah.

Irhamsyah kemudian menambahkan, banyak pihak yang tidak menyetujui kedua pilihan yang diberikan pada saat audiensi. Menyikapi hal tersebut, Wakil Rektor III membuat keputusan final dimana dua cabang olahraga yaitu basket dan futsal benar-benar dibekukan. Sebelum keputusan disahkan, Irhamsyah mengungkapkan adanya pembicaraan untuk melakukan audiensi kembali dengan melibatkan seluruh stakeholder dari tiap kontingen, perwakilan dari Presiden BEM, panitia OB, maupun Kemenpora EM UB agar kedua cabang olahraga terkait bisa tetap diselenggarakan. Namun Wakil Rektor III menegaskan bahwa keputusan yang dikeluarkan sudah final dan tinggal menunggu SK turun.

Selain itu, Irhamsyah juga mengungkapkan kekecewaannya karena terjadi miss dengan panitia OB terkait keputusan final yang sudah tidak bisa diganggu gugat. Terlebih lagi yang dipermasalahkan tiap tahunnya oleh Wakil Rektor III adalah mengenai keamanan dan kericuhan antar suporter. Ia menambahkan bahwasanya panitia OB sendiri turut menjadi alasan atas tidak kondusifnya keberlangsungan acara. “Padahal disini yang salah kalo menurut saya sendiri ya tidak cuma suporter. Tapi dari panitia juga, dimana panita tidak bisa menegakkan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang ada,” ucapnya.

Irhamsyah kemudian menyebutkan bahwa terdapat pembahasan mengenai tidak adanya legalitas hukum di dalam SOP yang ada. Hal ini dianggap menjadi salah satu alasan mengapa keamanan dan kericuhan sulit untuk ditangani. Sehingga dari pihak panitia OB meminta Wakil Rektor III untuk ikut menyetujui SOP yang ada. “Jadi bahasan kedua kita saat audiensi kemarin itu kita ini pengin menyempurnakan SOP. Ini benar-benar minta WR III untuk menyetujui, jadi kita punya legalitas,” jelas Irhamsyah.

Terkait SOP, pihak suporter juga mengajukan ide untuk membuat komite olahraga yang terdiri dari Wakil Rektor III, Wakil Dekan III tiap fakultas, beserta perwakilan dari para suporter. Komite ini menaungi lomba-lomba di lingkup Universitas Brawijaya dan mengurus tentang pelanggaran-pelanggaran beserta sanksi, yang juga dapat memantau keberlangsungan OB. “Rencananya dalam waktu dekat ini kita pengin bikin FGD (Focus Group Discussion), itu benar-benar menyusun kode etiknya, draft-nya disusun. Nah, nantinya kode disiplin ini bisa digunakan untuk event-event tahun depan,” tambah Irhamsyah.

Dalam audiensi tersebut Wakil Rektor III juga memberikan catatan untuk OB tahun ini. Kedua cabang olahraga yang dibekukan merupakan bahan evaluasi untuk Wakil Rektor III, Wakil Dekan III, mahasiswa, dan juga panitia OB. Selain dari segi keamanan yang menjadi masalah di tiap tahunnya, untuk OB sendiri juga dinilai tidak memiliki output yang jelas. Hal ini didasari dari kurangnya penyerapan dari UKM terhadap pemenang OB untuk diikutsertakan dalam kompetisi di kancah luar UB. “Ada dua yang diminta dari rektorat, gimana kita bisa menjalankannya dengan aman dan output-nya ini,” tutup Irhamsyah. (rd, nz)

 

Sumber gambar: FILKOM RANGER