DISPLAY – Sabtu (6/10) lalu ruang Auditorium Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) menjadi tempat digelarnya seminar nasional bertajuk Art of Hacking yang dihadiri lebih dari 200 peserta berasal dari berbagai daerah. Seminar yang menghadirkan tiga pemateri dengan profesi berbeda ini merupakan bagian dari rangkaian acara Software Freedom Day (SFD) yang setiap tahunnya rutin diselenggarakan oleh Lembaga Semi Otonom (LSO) POROS FILKOM.

Seminar ini mengangkat beberapa sub materi, pertama yaitu Gaining Profit for Pentesting oleh Faizal Abroni yang merupakan server sistem administrator di Politeknik Negeri Malang. Materi ini menjelaskan tentang pentesting (penetration testing) atau kelemahan dari sistem di sebuah perusahaan. Materi kedua yaitu Reverse Android Apps Jacking yang dibawakan oleh ketua Surabaya Blackhat, Chandra Ramazeta Pamungkas. Materi ini menjelaskan bagaimana mencari celah keamanan sebuah aplikasi yang berhubungan dengan database. Materi ketiga yaitu IoT Hacking for Fun and Profit, dibawakan oleh Kalpin Erlangga Sirlain, technical officer PT Royal Audrey Megah Jakarta, yang menjelaskan tentang bagaimana melakukan hacking dengan IoT (Internet of Things).

Antusiasme dari peserta seminar juga dapat terlihat dari hidupnya sesi tanya jawab di setiap pemateri. Rizki Framantiyah, mahasiswa Teknik Komputer angkatan 2017, mengaku mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang hacking dan keamanan internet. Menurutnya selain menarik, seminar ini memiliki topik materi yang update dan relevan dengan hal-hal yang terjadi di masa sekarang. “Menurut saya materi yang paling terakhir yaitu dari Pak Kalvin, beliau menjelaskan secara rinci dan detail. Serta beliau juga mendemonstrasikan bagaimana cara kerja dari sistem keamanan yang ada di IoT,” ungkap Rizki.

Selain seminar nasional, terdapat beberapa rangkaian acara lain yang juga memeriahkan SFD, yaitu workshop yang meliputi mobile, web, design dan security, juga SFD Party. SFD Party yang bertempat di Gazebo FILKOM diakui Satria Adhi Kharisma selaku Ketua LSO POROS sebagai gerakan campaign bahwa juga terdapat software yang terbuka untuk masyarakat. “Sebenarnya di luar Indonesia sendiri, SFD itu diperingati dalam rangka ya kayak gitu. Misalnya kita mengadakan pesta untuk memperingati sama memberi aware ke masyarakat bahwa kita itu juga perlu ada yang namanya pengetahuan bahwa software itu tidak semuanya kayak Microsoft gitu ya, yang tertutup … jadi SFD free yang di sini itu bukan gratis tapi free kebebasan tadi,” tuturnya.

Kemudian karena keseluruhan rangkaian acara berangkat dari peringatan Software Freedom Day yang jatuh pada tanggal 15 September dan diperingati berbagai negara di seluruh dunia, sebagai LSO yang memiliki tagline open source, perayaan ini dimaknai POROS sebagai momen untuk menggerakkan masyarakat tentang pentingnya open source dan software freedom. “POROS itu sebuah gerakan kan. Soalnya kalau dosen-dosen atau teman-teman bertanya, POROS ini kok gak ikut lomba? Kok gak menghasilkan karya? Sebenarnya kami ikut lomba, tapi fokus kami itu bukan ke situ, fokus kami menyadarkan masyarakat itu tadi, memberi pendidikan. Makannya yang bikin kebanggaan itu di situ karena kami juga nonprofit gitu,” jelas Satria.

Insan Nurzaman Bangga Adipratama selaku Ketua Pelaksana SFD juga menuturkan bahwa panitia menaruh harapan besar dengan adanya rangkaian ini bisa lebih mengenalkan nama UB, FILKOM, dan POROS di masyarakat, dan menjadi motivasi untuk terus berupaya memberikan manfaat bagi masyarakat umum serta membanggakan tingkat universitas. “Harapannya diadakan seminar ini ialah menjembatani antara pemateri yang share ilmu dan peserta yang ingin tahu. Kemudian untuk masyarakat umum, dengan adanya rangkaian tersebut diharapkan nama UB, FILKOM, dan POROS lebih dikenal lagi,” tutupnya. (aa, zyn)