
DISPLAY – Momentum Hari Pendidikan Nasional pada Rabu (2/5) lalu dimanfaatkan BEM FILKOM untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa terkait dengan permasalahan di FILKOM. Tuntutan tersebut dibawa sebagai desakan agar dekanat segera melakukan pembenahan di FILKOM. “Jadi ya ibaratnya nggak salah lah kita untuk menyuarakan ke rektorat untuk membantu kita. Kan kita mau minta tolong dari pihak atas. Kan kita bisa dibilang dari pihak bawah kan kalau mau nuntut. Nah rektorat bisa dibilang dari atasnya gitu bantu mendesak dekanat agar ya segera mungkin menyelesaikan pembangunan gedung atau pengadaan fasilitas di gedung,” ujar Agung Wahyu Setio Budi selaku Presiden BEM FILKOM periode 2018/2019.
Dua hari sebelumnya, BEM FILKOM telah mengadakan konsolidasi terkait aksi 2 Mei yang menghasilkan beberapa tuntutan diantaranya fasilitas FILKOM yang kurang ramah bagi penyandang disabilitas serta keamanan dan kenyamanan lingkungan FILKOM itu sendiri. Untuk pengangkatan tuntutan tersebut, menurut keterangan Agung pihak BEM FILKOM telah mencari informasi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan melakukan survei langsung ke gedung baru FILKOM lantai 8 hingga 12 yang masih kosong dan tidak diketahui kegunaannya. “Sebenarnya lantai 8 sampai ke atas 12 itu sudah rapi gitu dalam arti sudah bersih mungkin tinggal masukin barang atau fasilitas kayak misalnya kursi ya. AC beberapa sudah, toilet alhamdulillah sudah nyala semuanya cuman ada beberapa perabot yang belum dimasukkan dan belum tahu ini ruang bakal dijadikan ruang apa. Nah responnya tadi bilang perlu waktu dan perlu dana itu sebenarnya. Cuman kalau di lantai 10 ada beberapa fasilitas yang nantinya akan dijadikan lab multimedia. Itu ada beberapa komputer yang sudah di dalam, ada TV juga,” tutur Agung.
Menanggapi hal tersebut, pihak dekanat yang dimintai keterangan dari pihak BEM FILKOM menyebutkan bahwa salah satu permasalahannya adalah dana. “Kalo dari Pak Edy ya masih sama jawabannya dana gitu. Ya keuangan di FILKOM saya nggak tahu ya bahkan Pak Marji ketika ditanya juga mungkin nggak mau memberi tahu. Dan sejauh ini kita memang belum dapat transparansi atau belum dapat sebenarnya FILKOM gimana sih keuanganya gitu. Sumber pendapatan universitas nggak cuman dari mahasiswa. Cuman salah satunya itukan,” tambah Agung.
Selain melakukan survei, pendekatan dengan mahasiswa penyandang disabilitas juga dilakukan oleh pihak BEM FILKOM untuk mengetahui keluhan yang dialami. Dalam kegiatan itu, BEM FILKOM mendapat beberapa poin keluhan diantaranya adalah pendamping yang kurang mengetahui materi kelas, fasilitas tangga di gedung A dan E, serta toilet yang kurang mendukung. “Mungkin mereka selama ini yang susah ketika kuliah di gedung E sama gedung A ya. Karena tangganya belum ramah jadi minta tolong ke temen kelasnya. Lalu waktu ke toilet mungkin agak susah mungkin karena belum ramah buat mereka. Yang ketiga temen-temen difabel ada forum FSLD, forum peduli disabilitas lah ibaratnya yang membantu temen-temen disabilitas buat di kelas. Nah yang dari FILKOM kebetulan yang bantu anak FSLD itu ngga ada. Dan akhirnya temen-temennya dibantu dari fakultas lain. Kelemahannya adalah temen-temen dari fakultas lain ini ngga paham apa yang disampaikan dosen dengan apa yang mereka translate ke temen-temen disabilitas itu,” tuturnya.
Dalam hal ini, pihak BEM FILKOM mengaku belum mendapat solusi dalam penempatan gedung perkuliahan mereka. “Mungkin saran saya untuk kedepanya tahun ajaran baru semester depan mungkin bisa dikhususkan untuk temen-temen penyandang disitabilitas ini dialokasikan atau kelas yang berada di Gedung F. Tapi juga susah, kan mereka KRSan sendiri, masa pihak akademik akan nyortir kan engga,” terang Agung.
Pengangkatan kedua tuntutan tersebut menurut BEM FILKOM telah diketahui pihak dekanat dan mendapatkan persetujuan. Pihak dekanat sendiri juga beranggapan bahwa FILKOM masih harus meningkatkan keamanan dan kenyamanan fasilitas. “Pak Edy sendiri menyadari kita masih dalam proses pembenahan jadi masih dibilang wajar kalau misal keamanan dan kenyamanannya kurang masih perlu ditingkatkan,” sambung Agung.
Hasil negosiasi yang dilakukan pada hari itu oleh perwakilan BEM FILKOM mendapatkan persetujuan dari pihak rektorat yang kemudian langsung dibawa ke pihak dekanat. Anggit Chalilur Rahman, Menteri Kebijakan Publik BEM FILKOM periode 2018/2019 menyebutkan bahwa tuntutan secara umum sudah disetujui oleh pihak rektorat. “Secara paparan umumnya sudah disetujui oleh Pak Bisri terkait pembenahan fasilitas disabilitas. Kemudian untuk tindak lanjutnya kita habis aksi langsung menemui Pak Edy,” jelasnya. Mereka juga mendapatkan rencana dari pihak dekanat yang ingin mengadakan fasilitas khusus bagi para penyandang disabilitas. “Nanti ada rencana juga untuk salah satu toilet itu juga dibikin ramah difabel gitu. Bukan semua toilet, mungkin salah satu toilet dikhususkan dari temen-temen difabel. Tapi mungkin untuk tahun ini bukan jadi target procurement yang utama. Katanya sih dananya sudah habis untuk pembenahan. Untuk hal-hal yang kecil itu misalkan jalan, beberapa jalan kan ada undakan ya,” tambah Anggit.
Mengetahui hal tersebut, Anggit menyatakan bahwa BEM FILKOM akan berinisiatif membantu membuat jalan khusus disabilitas dengan dana pribadi BEM FILKOM. “Kita dari BEM inisiatif untuk adanya pembuatan (jalan khusus disabilitas, red) sendiri. Pembuatan itu dari BEM FILKOM tapi itu tetap harus melewati jalur birokrasi yang ada. Karena kan perlu perizinan segala macam. Tapi kita pengin bikin yang mungkin sesuatu yang fleksibel gitu bukan sesuatu yang ditanam kayak diaspal. Fleksibel lah bisa diangkat bisa dipasang entah kayu atau besi. Dananya dari BEM FILKOM,” ucapnya.
Untuk masalah gedung baru, pihak dari dekanat masih menunggu tender baru dalam pengadaan barang, sedangkan daftar pengadaan barang terkait dengan keamanan fasilitas sudah diproses. ”Pak Edy mengatakan bahwa lantai 8 sampai 11 yang belum ada isinya ini masih menunggu tender untuk pengadaan barang sama isinya sama cleaning service. Kalau dari dekanat pengadaan barang, CCTV, tralis, sama rumah kunci itu kemarin kita sudah nge-list juga temen-temen LO dan LSO yang ingin ganti rumah kuncinya. Itu sudah diajukan sudah proses sudah masuk dalam daftar pengadaan barang,” jelas Anggit.
Selain dalam hal sarana, BEM FILKOM juga bermaksud ingin menambah jumlah personel untuk meningkatkan keamanan. Namun adanya peraturan regulasi dari pihak rektorat menjadi kendala fakultas untuk menambah jumlah karyawan. “Jadi ada kendala kita ingin nambah personel, karena temen security keluhannya juga personelnya kurang di shift malam terutama. Dari dekanat terhalang regulasi kita tidak bisa menambah karyawan baru itu ada aturan dari rektorat. Sebenarnya ini masih bisa dikaji dan ditindak lanjuti karena dari rektorat sendiri sudah menyetujui untuk menindaklanjuti terkait kenyamanan dan keamanan. Mudah-mudahan regulasi itu bisa ditembus,” tutup Anggit. (nh)