
DISPLAY – Pemilihan Mahasiswa Raya Universitas Brawijaya (PEMIRA UB) 2020 dilaksanakan kembali dengan mengusung sistem yang berbeda setelah terdapat konflik internal antara panitia dengan kemahasiswaan rektorat. Pelaksanaan PEMIRA yang kini diambil alih oleh rektorat tersebut menggunakan sistem daerah pemilihan (dapil) sebagai teknis pemilihan Eksekutif Mahasiswa (EM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).
Berdasarkan Surat Tugas Nomor 2269/UN10.A03/KM/2020 dan 1971/UN10.A03/KP/202, Rektor UB telah menugaskan 15 anggota panitia mahasiswa untuk bergabung dalam pelaksanaan PEMIRA. Salah satu panitia mahasiswa dari FILKOM, Muhammad Farras Sakti Pratama, mengaku bahwa panitia mahasiswa hanya berfungsi sebagai pengawas dan sekretariat. “Kalau BEM DPM fakultas (sebagai panitia pengawas, red) itu lebih ke internal mereka masing-masing, yaitu calon-calon yang mereka ajukan dan panitia mahasiswa 15 orang ini sebagai sisi yang enggak memihak. Jadi bisa dibilang mahasiswa 15 ini pure bawahan langsung bapak ibu panitia dosen dari jajaran kemahasiswaan fakultas,” jelasnya.
Farras juga menambahkan bahwa lini masa untuk pelaksanaan PEMIRA masih belum pasti kejelasannya. “Timeline fix enggak ada deh kayaknya, tim dosen belum ngirim ke kita (panitia mahasiswa, red). Dosen ngabarin ke kita waktu dekat hari H, baru ngajak rapat. Jadi kayak kedepannya tepat gimana kita belum tahu, belum ada agenda resmi. Sepertinya bakal dirapatin di tengah masa kampanye ini,” ungkap Farras.
Di tengah waktu registrasi, Farras menyebut sempat akan ditiadakan pemilihan pasangan calon (paslon) EM UB. “Pertimbangannya karena waktu itu enggak ada yang daftar dan yang daftar pemberkasannya beberapa belum memenuhi syarat,” jelasnya. Namun melihat pengumuman pada laman resmi kemahasiswaan milik UB (kemahasiswaan.ub.ac.id), telah tercantum sejumlah 2 pasangan calon beserta 12 calon anggota DPM dari 6 fakultas.
Hingga saat ini, publikasi mengenai perkembangan PEMIRA hanya dilakukan pada laman resmi kemahasiswaan UB. Mengenai terbatasnya penyebaran informasi pelaksanaan PEMIRA, Raihan Athallah Aditya selaku Koordinator DPM FILKOM menyatakan bahwa pihaknya hanya dapat mengawasi dan mengamati jalannya PEMIRA. “Pada intinya PEMIRA saat ini kenapa tidak ada publikasi langsung dan malah lewat laman kemahasiswaan UB karena yang memegang Rektorat UB sebagai pelindung, penanggung jawab, sekaligus pelaksana baik itu secara teknis ataupun pengawas. Pengawas dari sisi mahasiswa ya kami, dan kami tidak lebih dari mengawasi dan mengamati jalannya PEMIRA ini,” papar Raihan.
Ditambahkan Raihan, panitia pengawas (panwas) pada masing-masing fakultas mengetahui jalannya PEMIRA ini melalui sosialisasi yang diberikan oleh panitia dosen seperti teknis pelaksanaan, pengumuman nomor urut, dan sistem dapil. Ia juga menjelaskan terkait tugasnya sebagai panwas dari FILKOM. “Esensinya yang aku pribadi rasakan, bahwa kita mengawasi berjalannya PEMIRA sebagai perwakilan dari tiap fakultas. Bukan benar-benar murni dalam hal mengawasi dalam tindak dan lika-liku yang terjadi di sana, tapi di sana karena mengawasinya sebagai perwakilan fakultas saja supaya fair untuk tiap fakultas yang ada,” ujar Raihan.
PEMIRA kali ini akan dilaksanakan dengan sistem dapil, dimana tiap fakultas dengan calon tunggal anggota DPM UB akan secara otomatis diwakilkan oleh calon tersebut. Fakultas dengan jumlah calon anggota DPM UB lebih dari satu akan melakukan voting, dan akan diwakilkan oleh calon dengan vote terbanyak. Jika tidak ada calon yang diajukan dari satu fakultas, maka para mahasiswa fakultas tersebut akan memilih dari 12 calon DPM UB yang telah tertera di laman kemahasiswaan UB.
Sementara itu DISPLAY telah berusaha menghubungi pihak kemahasiswaan rektorat untuk meminta keterangan. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak kemahasiswaan rektorat masih belum memberikan konfirmasi. (iz, una)