

DISPLAY – Dua minggu yang lalu telah disepakati majunya Rafi Arya Siregar sebagai perwakilan FILKOM dalam pencalonan anggota DPM UB. (Baca juga: Rafi Siap Menjadi Perwakilan FILKOM dalam PEMIRA UB). Namun, sosok perwakilan DPM UB dari FILKOM terlihat berubah dengan dilaksanakannya sidang istimewa MKBM FILKOM pada Jumat (12/3), yang mana sidang tersebut membahas tentang pengajuan diri Isyraqy Naposo Nasution dari Sistem Informasi (SI) angkatan 2018 sebagai perwakilan FILKOM dalam pencalonan anggota DPM UB. Hasil dari sidang tersebut menuntut pengunduran diri dari Isyraqy, serta tuntutan kepada panitia pengawas (panwas) PEMIRA UB 2021 untuk meminta panitia pelaksana (panpel) PEMIRA agar menggugurkan Isyraqy dari statusnya sebagai calon. Sayangnya, tuntutan tersebut tidak dipenuhi oleh panpel karena kurangnya dasar hukum yang melandaskan diperlukannya ada pengguguran calon DPM UB dari FILKOM ini.
Kronologi Pendaftaran Calon DPM UB dari FILKOM
Menurut Isyraqy, ia mendapat kabar pada hari Minggu (7/3) sekitar jam setengah 10 bahwa FILKOM belum mendapatkan perwakilan untuk calon DPM UB sehingga ia pun ditawarkan untuk maju mengisi kekosongan ini. Sayangnya, Isyraqy mengaku sedang berada dalam acara pelatihan manajemen sehingga tidak dapat hadir pada sidang dua minggu yang lalu (7/3). Pada sidang istimewa yang dilaksanakan hari Jumat (12/3) lalu, ia pun menjelaskan kronologi pencalonan dirinya dari awal mula mendapat informasi terkait pembukaan pendaftaran hingga pemberian berkas.
“Untuk prosesnya, hari Minggu sekitar jam setengah 10 saya dihubungi kalau FILKOM belum mendapatkan perwakilan untuk calon DPM UB dan saya ditawari untuk maju (pencalonan DPM UB, red), kemudian saya segera menghubungi BEM dan DPM untuk menanyakan terkait pencalonan dan jam 3 saya mengadakan meet dengan BEM dan DPM untuk membahas pencalonan saya dan dari mereka (BEM dan DPM, red) saya diminta untuk menyiapkan berkas. Saya kemudian menyerahkan berkas tersebut ke mas Fadhil untuk dapat diteruskan ke Wakil Dekan (WD) III agar bisa ditandatangani dan mas Fadhil juga meminta saya untuk segera mengirimkan berkas tanpa tanda tangan apabila memang belum mendapatkan tanda tangan dari WD III hingga batas waktu pendaftaran, ” jelas Isyraqy secara detail.
Dari sisi Rafi, ia menyatakan bahwa urusan pemberkasan diatur oleh manajernya, Hafidz Abdillah Masruri. Hafidz sendiri menyatakan bahwa Rafi terkendala di dokumen sertifikat organisasi berhubung sertifikat BEM periode 2020/2021 masih belum turun hingga hari Senin (8/3). Hari tersebut merupakan batas pengumpulan berkas untuk pencalonan DPM UB sehingga berkas Rafi dikumpulkan tanpa dokumen sertifikat organisasi yang lengkap. Muh. Arif Rahman selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan menyatakan bahwa ketidaklengkapan berkas ini menyebabkan digugurkannya Rafi dari pencalonannya sebagai calon anggota DPM UB dapil FILKOM. “Sesuai dengan konsekuensi, kalau berkasnya ga lengkap, ya gugur,“ jelas Arif.
Penolakan Status Calon Isyraqy di Sidang MKBM FILKOM
Pada sidang Jumat lalu, Raihan Athallah Aditya selaku Koordinator DPM FILKOM menjelaskan perihal kondisi PEMIRA UB saat itu. Raihan menyebutkan bahwa hingga saat sidang dilakukan, status pencalonan Rafi Arya Siregar pada saat itu masih abu-abu dan belum ada kelanjutan pasti mengenai penerimaannya. “Di sisi lain, ternyata ada perwakilan lain dari FILKOM yaitu mas Isyraqy yang mendaftar, namun memang beliau tidak datang pada dua sidang sebelumnya (5/3 dan 7/3, red),” ujar Raihan.
Dalam sesi tanya jawab yang dibuka oleh Presidium, Isyraqy mengaku sebelum mendaftar sudah mendapatkan informasi mengenai adanya calon dari FILKOM ini dan sempat memutuskan untuk mundur. Namun ia mengaku berubah pikiran karena ingin memberanikan diri untuk tetap mencoba maju melalui jalur independen. “Kenapa saya tetap maju? Karena saya mencoba maju atas dasar keberanian saya,” ungkap Isyraqy.
Saat ditanyakan mengenai dorongan maju sebagai calon, Isyraqy juga mengakui bahwa dorongan awal untuk menjadi calon DPM UB berasal dari ajakan dari salah satu dosen FILKOM, Andy Arief Soebroto. Namun setelah dikonfirmasi Andy Arief sendiri, ia menekankan bahwa dirinya tidak memiliki urusan baik dengan DPM FILKOM maupun DPM UB. Setelah didesak di sidang kemarin, Isyraqy juga mengungkapkan adanya dorongan dari mahasiswa NU (Nahdlatul Ulama), namun ia bersikeras bahwa kemauan untuk maju berasal dari dia sendiri.
Topik sidang sempat menyinggung budaya pamit di FILKOM, mengingat Isyraqy tidak melakukan budaya tersebut ketika akan mencalonkan diri. Peserta sidang mulai mempermasalahkan majunya Isyraqy sebagai perwakilan FILKOM karena tidak meminta izin kepada MKBM FILKOM terlebih dahulu. Salah satu perwakilan program studi SI, Rahadian Fitra, mengaku bahwa Isyraqy belum melakukan komunikasi sama sekali bahkan dengan teman-teman angkatannya terkait pencalonan dirinya. “Saya sendiri bagian dari KBMSI dan jujur saya kaget mendapat info ini (pencalonan Isyraqy, red). Karena saya sendiri kurang tahu kontribusi mas Isyraqy di SI ini, terutama di tahap diskusi, jujur saya kurang tahu,” tambahnya.
Ketika ditanya mengenai motivasinya mencalonkan diri, Isyraqy mengaku bahwa ia sudah memiliki ketertarikan di bidang legislatif sejak awal masuk FILKOM. Pengakuan tersebut sontak mendapatkan kritik dari MKBM FILKOM mengingat dalam PEMILWA FILKOM dan PEMILWA SI sempat terjadi kekurangan calon anggota badan legislatif dan Isyraqy yang telah ditawarkan posisi tersebut menolak untuk mendaftarkan diri. “Ketika itu saya memiliki kesibukan sendiri, (yaitu, red) kegiatan yang ada di sekitar rumah. Saat ini saya sudah ada di Malang, fokus saya sudah bisa berada di kampus, saya menyiapkan diri untuk berfokus urusan kampus,” bela Isyraqy.
Dukungan terhadap pencalonan Isyraqy terlihat semakin minim, terlebih dengan pernyataannya yang mengaku belum pernah mengikuti MKBM serta inkonsistensi pernyataan mengenai sumber dorongannya untuk maju ke pusat. Terlepas dari permintaan Isyraqy berkali-kali untuk mendukung dirinya sebagai perwakilan FILKOM dalam pencalonan anggota DPM UB, MKBM memutuskan untuk menuntut Isyraqy mengundurkan diri dari pencalonan anggota DPM UB atas dasar tidak mendapat dukungan dari MKBM FILKOM dan meminta panwas PEMIRA 2021 untuk menuntut kepada panpel PEMIRA mengenai status Isyraqy sebagai perwakilan daerah pilih FILKOM.
Respons Panitia PEMIRA terhadap Tuntutan Mahasiswa FILKOM
Raihan dan Fadhil selaku panwas mengajukan tuntutan pada hari Sabtu (13/3), yang kemudian ditanggapi secara negatif oleh panpel PEMIRA. Menurut Raihan, tuntutan tersebut diragukan keabsahannya. “Terlebih lagi mas Isyraqy ini secara persyaratan sebenarnya memenuhi ya, namun memang tidak ada syarat yang disebutkan bahwa harus bilang kepada keseluruhan mahasiswa FILKOM melalui MKBM FILKOM,” jelas Raihan.
Muh. Arif Rahman selaku WD III Bidang Kemahasiswaan FILKOM sekaligus bagian dari panpel PEMIRA 2021 menjelaskan bahwa Isyraqy tidak menyalahi aturan sama sekali. “Adakah syarat bahwa calon harus didukung oleh elemen FILKOM atau wakil dari fakultas didukung oleh lembaga fakultas, ada gak?” ujar Arif Rahman secara retoris. Ia mengakui secara normatif mungkin ada peraturan tersebut, tapi selama tidak dilandaskan oleh peraturan yuridis, tindakan tersebut tidaklah salah. “(Secara normatif, red) sebaiknya berteman baik dengan DPM di fakultas juga BEM di fakultas. Kalau tidak dilakukan secara peraturan (pun, red) tidak salah,” tambahnya.
Arif menambahkan agar mahasiswa FILKOM merangkul calon yang tidak mengikuti aturan normatif mahasiswa FILKOM agar bisa menyuarakan suara FILKOM di lingkup pusat dengan baik. “Masa dia mau menjelek-jelekkan FILKOM di luar? Kalau saya basisnya solusi, bukan menggugat panitia karena sejak awal sudah disepakati syaratnya. Jadi jangan kita terbiasa menawar sebuah aturan,” jelasnya.
Mengenai tuduhan politik kotor yang dilakukan BEM dan DPM FILKOM, Arif menganggap hal tersebut sebagai ungkapan emosional semata. Ia menyatakan bahwa hal ini kemungkinan terjadi karena muncul isu di kalangan panitia pelaksana bahwa Isyraqy diadili di MKBM FILKOM sehingga ada panitia yang menganggap hal yang dilakukan mahasiswa FILKOM tidak benar. “Kenapa tidak dirangkul? Kenapa ditanya macam-macam? (Isyraqy, red) jadi merasa diintimidasi,” jelasnya. Ia sendiri memaklumi kejadian tersebut karena hal ini merupakan hal yang wajar terjadi di lingkup mahasiswa. “Itu ungkapan, saya yakin Mahasiswa FILKOM juga ketika melakukan audiensi dengan yang bersangkutan maksudnya baik. Mungkin karena sesama anak muda ketemu jadi banyak emosional yang terjadi. Yang satu merasa terintimidasi, yang satu ingin berbuat benar,” tambahnya. Pernyataan beliau mengenai terintimidasinya Isyraqy diakui berasal dari cuplikan layar MKBM FILKOM Jumat (12/3) lalu yang diterima oleh panitia pelaksana.
Raihan menjelaskan bahwa konsideran saat ini telah diturunkan atas instruksi dari WD III dan validitas konsideran saat ini tidak diakui oleh institusi UB. “Jadi memang konsideran ini sesuai dengan instruksi dari WD III bahwa konsideran ini di-takedown. Jadi secara tidak langsung kan kevalidannya tidak diakui secara institusi UB,” terang Raihan. Menurut Arif, panpel PEMIRA sendiri menganggap tuntutan ini tidak ada karena sejak awal tidak ada mekanisme untuk hal ini.
Beliau berharap masalah ini sudah dapat segera ditutup dan tidak diperpanjang. Ia juga berharap agar mahasiswa FILKOM menatap ke depan dan memastikan suara FILKOM bisa sampai ke jenjang universitas. “Di forum WD III saya menjelaskan, mahasiswa kita sedang belajar untuk memahami banyak hal. Mohon ini dianggap selesai dan kita tatap yang ke depan. Insyaallah mahasiswa FILKOM bisa menjadi lebih baik lagi dan Alhamdulillah FILKOM masih mempunyai calon. Saya nggak mau menghakimi, saya anggap semuanya berproses untuk menjadi lebih baik, jadi tolong dilupakan kata-kata yang tadi (politik kotor, red).”
Raihan pun menghargai keputusan yang diambil oleh pejabat yang berwenang, meski merupakan penolakan dari konsideran. “Kami sangat menghargai keputusan tersebut karena sejatinya kami hanya menyalurkan, memberitahukan, atau mengkoordinasikan apa yang ingin dosen lakukan dengan apa yang ingin mahasiswa lakukan, seperti itu, dan apabila keputusannya demikian bahwa konsideran itu ditolak, kami akan sangat-sangat menghormati akan hal tersebut karena memang adalah wewenang dari beliau beliau yang terhormat,” jelas Raihan. “Dengan kejadian kemarin apabila hal tersebut dianggap mengganggu dari kelancaran PEMIRA, saya pribadi memohon maaf kepada pihak-pihak terkait apabila memang dirasa bahwa dengan adanya hal itu mengganggu kelancaran dan stabilitas dari pelaksanaan PEMIRA,” tambahnya.
Pasca Pemilihan Raya Universitas Brawijaya 2021
PEMIRA UB dilaksanakan pada hari Rabu (17/3), mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB pada situs PEMIRA UB (pemira.ub.ac.id) sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan PEMIRA yang dirilis oleh Rektorat Bidang Kemahasiswaan. Perhitungan suara dilaksanakan di hari yang sama menggunakan platform Youtube Kemahasiswaan UB yang ditayangkan mulai pukul 17.00 WIB hingga 17.20 WIB, dengan hasil terpilihnya kandidat paslon nomor 1 Moh. Alie Yafi dan Juwita Wulandari untuk pemilihan EM UB. Isyraqy Naposo Nasution sebagai calon tunggal dari FILKOM secara otomatis langsung menduduki kursi DPM UB sebagai perwakilan dari FILKOM. Setelah perhitungan suara, kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan Surat Keterangan (SK) Rektor untuk calon EM dan DPM UB terpilih yang akan dilaksanakan paling lambat 18 Maret 2021. Pelantikan baru akan dilakukan setelah SK Rektor diterbitkan.
Raihan menyatakan rencananya pasca terpilihnya Isyraqy sebagai DPM perwakilan FILKOM, “Untuk kedepannya, setidaknya rencana dari kami tentu akan menjelaskan kepada mahasiswa FILKOM melalui musyawarah juga, yang mana seperti musyawarah kemarin bahwa musyawarah itu terbuka untuk seluruh mahasiswa. Dengan Musyawarah Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer atau biasa disebut sebagai MKBM FILKOM, rencananya memang akan kami selenggarakan hal tersebut supaya ada pemahaman akan mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer bahwa konsideran kemarin tidak dapat diterima oleh pihak yang berwenang.” (zah, din)
(Catatan Redaksi: Berita ini mengoreksi berita di display.ub.ac.id pada Rabu (18/03/2021) dengan judul “Konsideran MKBM FILKOM Ditolak, Isyraqy Duduki Kursi DPM UB“. Dengan demikian, kesalahan telah diperbaiki dan redaksi mohon maaf apabila artikel sebelumnya menimbulkan kesalahpahaman.)