Universitas Brawijaya (UB) dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun ini semakin menegaskan komitmennya sebagai kampus inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas. Hal ini dibuktikan dengan adanya penugasan PKKMB berupa video perkenalan yang mengharuskan mahasiswa baru untuk dapat mengeja nama panggilan mereka menggunakan bahasa isyarat.
“Tidak hanya terkait penugasan, tetapi dari panitia atau internalnya juga inklusif. Oleh karena itu, penugasan video perkenalan diri yang wajib menggunakan bahasa isyarat itu sebenarnya juga lahir dari teman-teman disabilitas yang tergabung dalam kepanitiaan RAJA Brawijaya 2024”, jelas M. Zaky Ibrahim, Ketua Pelaksana PKKMB RAJA Brawijaya 2024. Zaky menambahkan bahwa teman-teman penyandang disabilitas yang tergabung dalam kepanitiaan tahun ini ada dalam divisi acara dan divisi humas.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, M.P., mengatakan dalam jumpa pers bahwa sebenarnya hampir semua fakultas yang ada sudah bersedia menerima mahasiswa difabel sesuai dengan kondisinya.
“Saat ini ada 32 peserta pendaftar difabel, kemudian diterima sebanyak 15 orang melalui seleksi difabel UB. Lalu ada 4 orang lagi diterima melalui program seleksi reguler nasional, baik itu SNBT atau SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes atau Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi – Red.)”, ujar Prof. Imam Santoso kepada media. Maka, tahun ini ada 19 mahasiswa baru difabel yang diterima oleh Universitas Brawijaya. Mahasiswa baru penyandang disabilitas dimasukkan ke dalam 2 cluster khusus dari keseluruhan 65 cluster yang sudah disusun oleh pihak rektorat.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S. Si, M.Si., Ph.D.Med.Sc., menyampaikan dalam konferensi pers bahwa Universitas Brawijaya akan berusaha untuk bisa terus memfasilitasi mahasiswa penyandang disabilitas dengan baik. “Kondisinya banyak yang harus kita perbaiki setiap saat karena memang dari awal kampus ini tidak didesain seperti itu. Tapi lambat laun seiring waktu, kita coba desain hal itu dengan menambah fasilitas-fasilitas yang mungkin diperlukan teman-teman difabel”, terang Prof. Widodo.
Tema inklusif ini juga dikombinasikan dengan program green campus yang diinisiasi oleh pihak universitas serta mengangkat pesan perdamaian dan permasalahan global yang kini masih terus terjadi. Dengan formula tersebut, mahasiswa baru diharapkan dapat lebih memiliki kepekaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan baik itu dalam lingkup lokal maupun global.
“Untuk Aradhana 62 (nama angkatan mahasiswa baru 2024 – Red.), jadilah tonggak perdamaian dan perjuangan bangsa, juga teruskan tongkat estafet perjuangan di kampus perjuangan, kampus biru, Universitas Brawijaya”, tutup Zaky dalam sesi wawancara dengan teman-teman Lembaga Pers Mahasiswa DISPLAY.
(MIF)