DISPLAY – Pada tahun ini, sistem asistensi yang ada di FILKOM sedikit berbeda dibanding tahun lalu. Perubahan ini diakibatkan oleh adanya kebijakan baru yang diberikan oleh dekan. Laboratorium yang awalnya berjumlah hingga 7, kini tinggal 2, yaitu Laboratorium Pembelajaran dan Laboratorium Riset. Karena perubahan tersebut ada beberapa praktikum yang seharusnya dimulai pada minggu ke-2 perkuliahan menjadi molor hingga minggu ke-3.

Pada beberapa mata kuliah, ada yang menggunakan sistem daftar ulang asisten sebelumnya seperti pada praktikum pemrograman dasar dan algoritma dan struktur data, dimana pendaftaran ulang ini dibantu oleh BCC, ” Untuk yang masalah oprec, kita diminta dari pak Eriq sendiri. Kalau dari yang tahun lalu itu bisa nge-handle, mau daftar ulang jadi asisten lagi itu gapapa, jadi malah kalau bisa gak usah oprec dulu selama itu masih bisa ngajar. Jadi kan kalau udah sering ngisi praktikum asistennya akan lebih bagus sih,” ujar Robihamanto, selaku Ketua BCC. Namun jika kuota yang ada tidak terpenuhi, maka BCC bersama pihak laboratorium melakukan open recruitment dengan soal yang didapat oleh KJFD (Kelompok Jabatan Fungsional Dosen) jurusan masing-masing. “Jadi memang selama ini kalo ga buka oprec itu karena memang udah memenuhi dari asistennya yang daftar ulang dari tahun lalu,” lanjutnya. Selain sistem daftar ulang, ada juga seleksi asisten yang menggunakan sistem kontrak dimana mahasiswa yang mendaftar sekali sebagai asisten praktikum maka seterusnya akan menjadi asisten hingga habis masa kontrak.

KJFD jurusan sendiri merupakan suatu kelompok yang baru dibentuk pada saat adanya penetapan OTK (Organisasi Tata Kelola) baru yang berfungsi untuk membantu laboratorium dalam hal seleksi asisten. Dikarenakan masih dalam masa transisi perubahan sistem, pihak pengelola lab mengaku kesulitan saat berkoordinasi dengan pihak KJFD dalam proses rekruitmen asisten. Pasalnya, sebelum membuka rekruitmen itu sendiri KJFD harus menyiapkan soal tes serta menyesuaikan modul baru dengan materi mata kuliah yang dipraktikumkan.

Selain dari sisi asistensi praktikum, perubahan sistem ini juga merujuk pada kebijakan baru untuk menghadirkan dosen ke ruangan praktikum. ”Dulu kan dosen tidak ada intruksi dari Wakil Dekan I buat masuk kelas praktikum. Apa yang harus dilakukan dan lain-lain. Nah ketika ada sistem ini ada bukti kan, nah itu buat dapet HR (honor, red). Akhirnya pak Heru buat intruksi lagi agar dosen mendampingi, sehingga dapat menyinkronisasi materinya dengan yang diajar di kelas,” tutur Eriq Muhamad Adams, selaku ketua laboratorium pembelajaran FILKOM UB. Kebijakan baru ini dinilai cukup memberatkan karena antara jadwal dosen dengan jadwal praktikum yang saling bertentangan. Ia juga menjelaskan, ”Sebenarnya sudah saya wanti-wanti akan crash karena di sistem tidak boleh jadwal praktikum bareng dengan kuliah tetapi waktu itu pak Heru bilang, ‘Oh gapapa nanti bisa diatur oleh jurusan’. Jurusan sanggup jadi ya sudah saya tidak bisa apa-apa. KJFD tentang modul materi, jadwal itu urusan jurusan. Nah karena praktikan tidak tahu kondisi real di lapangan kan, mereka pasti bilang ini salah labnya. Karena jadwal yang megang tanggung jawab jurusan, maka crash atau tidaknya itu tanggung jawab jurusan. Ada yang protes karena jadwal crash, ya saya bilang protes/lapor ke jurusan”.

Pendaftaran asisten pun menjadi permasalahan sendiri, dimana tiap tahunnya minat mahasiswa untuk mendaftar menjadi asisten praktikum pun semakin menurun. Untuk menanganinya, laboratorium dan KJFD mengambil langkah dengan melakukan rekomendasi langsung terhadap mahasiswa yang memenuhi kriteria-kriteria menjadi asisten. Salah satu rekomendasi yang telah dilakukan adalah dengan mengirim sms pada beberapa mahasiswa untuk mendaftar sebagai asisten praktikum RPL. “Iya, sms kemarin itu merupakan bentuk rekomendasi kolaborasi kjfd dengan laboratorium,” ucap Bayu Priyambadha, selaku dosen yang tergabung dalam KJFD RPL.

Eriq juga mengatakan bahwa alasan dari usia asisten praktikum tidak hanya satu semester saja, melainkan hingga pensiun atau mengundurkan diri adalah agar kinerja asisten menjadi lebih baik seiring banyaknya jam terbang yang ditempuh. Sehingga terkadang asisten praktikum dipilih dari para asisten lama yang mau menjadi asisten lagi di semester kedepan. “Kalo asisten cuma satu semester aja kan kurang . Kalau lebih kan jam terbang lebih banyak dan berpengaruh juga ke pemahaman praktikan,” tambahnya. (bon, aw)