DISPLAY – Tes Pemetaan dan Pelatihan Program Sertifikasi Kompetensi Bahasa Inggris (TOEFL ITP) telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Brawijaya angkatan 2015, kegiatan ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Brawijaya Language Center (BLC) dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa sebelum mengikuti tes TOEFL yang sesungguhnya. Sesuai dengan namanya, kegiatan ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tes pemetaan yang dilaksanakan sesuai jadwal tiap fakultas pada rentang Mei – November 2016, dan pelatihan yang bertujuan untuk sharing mengenai tips dan trik pengerjaan tes TOEFL. Di akhir kegiatan juga dijanjikan bahwa mahasiswa akan mendapatkan buku TOEFL dua bulan setelah dilakukannya tes.

Alih-alih akan mendapatkan buku TOEFL pada awal 2017, hingga kini buku tersebut masih belum diterima oleh mahasiswa UB angkatan 2015. Sugeng Susilo Adi selaku Direktur BLC membenarkan bahwa mahasiswa angkatan 2015 memang belum dan tidak akan mendapatkan buku TOEFL karena keterbatasan dana. “Iya itu dananya nggak turun sih, susah mencairkan dana dari universitas,” tuturnya. Ia juga menambahkan bahwa sulitnya pencairan dana disebabkan oleh umur lembaga yang tergolong baru, sehingga kegiatan tersebut tidak tertera di program universitas. “Saya mengalami kesulitan prosesnya karena tidak ada di dalam program. Saat itu lembaganya (masih) baru,” ungkapnya Sugeng.

Terkait permasalahan dana, Sugeng menuturkan bahwa kini lembaganya telah memiliki cantolan di badan usaha sehingga tidak akan ada lagi masalah seperti yang terjadi dua tahun silam. Kendati demikian, Sugeng mengaku tetap tidak akan menyelenggarakan tes pemetaan dan pelatihan lagi. Selain biayanya yang cukup tinggi, tidak adanya gedung yang mumpuni, serta kurangnya partisipasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan menjadi alasan dari keputusan tersebut. “Kami tetap memutuskan untuk tidak memberikan pelatihan dan pemetaan. Karena kita belum punya gedung yang representatif, respon mahasiswa juga tidak semuanya peduli mengikuti pelatihan dan pemetaan, dan biayanya juga cukup tinggi,” ungkapnya.

Selain itu, Sugeng juga mengingatkan bahwa tes TOEFL merupakan salah satu syarat untuk wisuda. Untuk dapat melakukan tes TOEFL, mahasiswa dapat melakukan pendaftaran online pada blc.ub.ac.id, kemudian mahasiswa akan menerima e-mail dan sms balasan berisi jadwal tes yang akan dilaluinya. Mengenai skor kelulusan, Sugeng mengatakan bahwa dari rektor sendiri tidak mematok standar untuk lulus. “Harusnya ada, tetapi kebijakan pak rektor dulu tidak ada standar kelulusan. Jadi asal mengikuti tes nanti akan dapat skor yang melekat di transkrip,” terangnya. Karena dengan adanya patokan, hal tersebut dapat menyebabkan penumpukan jumlah mahasiswa yang tidak lulus, dan dibutuhkan biaya tambahan untuk tes-tes selanjutnya. “Nggak ada minimal nilai karena kita berkaca dari pengalaman sebelumnya, kalau ada minimal nilai itu ada penumpukan jumlah yang tidak lulus, dan ketika mau tes itu ada biaya tambahan, sementara UKTnya hanya untuk sekali tes. Kemudian kalau bayar lagi nanti juga jadi masalah,” jelasnya.

Karena tidak adanya pelatihan, bagi para mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti pelatihan persiapan tes TOEFL bisa datang langsung ke BLC dan melakukan kursus menggunakan biaya sendiri. “Bagaimana apabila ada mahasiswa yang tertarik untuk ikut pelatihan? Bayar sendiri. Datang kesini sebagai sebuah kursusan. Ini kan menjadi lembaga kursusan, lembaga sertifikasi tes, dan lembaga terjemahan,” tutup Sugeng. (bil, cly)