
DISPLAY – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah mengeluarkan hasil klasterisasi perguruan tinggi non-vokasi di Indonesia tahun 2018. Dari hasil tersebut posisi Universitas Brawijaya turun menempati peringkat 12 dari peringkat tahun sebelumnya yaitu peringkat 8. Terkait hal tersebut, Adharul Muttaqin selaku Kepala Bidang Pusat Data Pemeringkatan Universitas Brawijaya, mengungkapkan bahwa sebenarnya peringkat Universitas Brawijaya masih bisa ditingkatkan, yaitu melalui kemahasiswaan yang merupakan salah satu dari lima indikator pemeringkatan perguruan tinggi menurut kemenristekdikti. Namun, Adharul juga menyampaikan bahwa untuk meningkatkan peringkat atau mencapai peringkat puncak, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. “Sebenarnya untuk satu sampai dua (peringkat) kita ada sih targetnya, kemahasiswaan seluruhnya. Kalau seluruhnya kita berencana, tapi kita tahu diri juga ya. Okelah kita bercita-cita peringkat satu tapi lihat kondisi saat ini. Untuk perbaikan SDM itu tidak cukup satu hari atau dua hari, setidaknya butuh proses setidaknya dua sampai tiga tahun baru kelihatan,” ungkapnya.
Keberadaan indikator kemahasiswaan merupakan sebuah tolak ukur dalam pengelolaan dan pengembangan kegiatan. Di samping itu, indikator kemahasiswaan juga sangat berpengaruh dengan menyumbang poin sebesar 12% untuk pemeringkatan kemenristekdikti 2018. Dilansir dari pemeringkatan.ristekdikti.go.id, untuk nilai komponen kemahasiswaan pada tahun 2017, Universitas Brawijaya menduduki peringkat tiga dengan nilai 2.683, sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi peringkat empat dengan nilai 2.563.
Penurunan ini dipicu dengan adanya perubahan terkait perhitungan parameter pemeringkatan. Pada tahun 2015, poin PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) merupakan satu-satunya parameter yang dijadikan tolak ukur penilaian. Namun sejak tahun 2017 poin-poin penilaian baru ditetapkan, dimana tidak hanya terdiri dari poin PIMNAS saja. “Yang poin PIMNAS itu sekali periode pada tahun 2015, sejak tahun 2017, poin yang di pakai secara keseluruhan,” jelas Adharul.
Kemeristekdikti juga telah menetapkan poin-poin baru dalam indikator untuk prestasi juara di kegiatan co-kurikuler dan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh dikti. Perolehan poin ini dibedakan berdasarkan tingkatan perlombaan, yakni dalam tingkat provinsi, nasional, dan internasional. Untuk tingkat nasional mendapatkan 9 poin yang meliputi PIMNAS, POMNas (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional), Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional), KRI (Kontes Robot Indonesia), NUDC (National University Debating Championship), ONMIPA (Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), OSI (Olimpiade Sains Internasional), AUG (Asean University Games), Universiade (lomba olahraga internasional), Ekspo KMI (Ekspo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia), dan PHBD (Program Hibah Bina Desa). Lalu perlombaan MTQMN (Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional) mendapatkan 8 poin karena lingkupnya yang terbatas walaupun di tingkat nasional. Serta untuk Mawapres (Mahasiswa Berprestasi) memperoleh 25 poin, WUDC (World Universities Debating Championship) 11 poin, dan Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) 7 poin.
Sementara itu, bagi perlombaan yang tidak diadakan oleh dikti baik lokal, provinsi, nasional, maupun internasional tetap mendapatkan poin dengan beberapa persyaratan yaitu memiliki dokumen lengkap disertai bukti meliputi drive, lampiran, jumlah peserta, serta penyelenggaraan yang dapat dilacak keresmiannya. “Tidak sembarang perlombaan yang di syarat ini. Dan itu perlombaan apa saja baik lokal, nasional, provinsi, maupun internasional. Tapi syaratnya harus diketahui jumlah peserta, diketahui lombanya di mana,” tambahnya.
Selain dari segi prestasi, Adharul juga menyarankan kepada mahasiswa untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti pengabdian masyarakat, serta terlibat aktif dalam penelitian bersama dosen. Ia juga menganjurkan mahasiswa agar bekerjasama dengan pihak dosen yang terlihat pasif untuk melibatkan dirinya dalam pengabdian kepada masyarakat. “Misalkan dosennya diam-diam saja ya sampaikan, Pak, Bu, berdasarkan indikator kemahasiswaan, kami harus terlibat di dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, kalau perlu saya carikan mitra,” tutup Adharul. (rd, nh)