
Gedung D Fakultas Ilmu Komputer akhir – akhir ini dilanda kekhawatiran. Pasalnya, beberapa kesekretariatan mahasiswa melaporkan adanya kehilangan akibat pencurian. Beberapa kejadian terjadi di kesekretariatan BEM, BIOS, RAION dan HMIF. Kerugian yang diakibatkan juga bermacam – macam. RAION kehilangan 5 handphone developer yang setiap buahnya berharga 50 ribu rupiah, BEM kehilangan uang KWU yang nominalnya mencapai lebih dari 500 ribu, BIOS kehilangan barang-barang kecil seperti charger, sandal, dan uang KWU, serta HMIF yang kehilangan uang KWU beserta sebuah gitar.
Kasus pencurian baru diketahui oleh beberapa kesekretariatan setelah menyadari keadaan kesekretariatan yang tidak semestinya. “Sekretnya berantakan, terus waktu itu rak sepatu juga di dalam, jadi sepatunya pada dibuka-buka, diobrak-abrik semua. Kan di lemari ada HP 5, HP setnya RAION buat develop, dulu pakai buat develop Nokia tapi sekarang udah nggak dipakek dan itu ilang semua,” tutur Firmanda Mulyawan Nugroho, selaku Ketua Umum RAION Community. Selain RAION, BIOS pun mengalami kejadian serupa. “Kita nggak nyadar waktu itu. Cuma belakangan nyadar kok ini kaca jebol, terus pas dicari ternyata ada beberapa uang, barang, dan lain-lain yang ilang,” tutur Dian Aslama selaku Wakil Presiden Direktur BIOS.
Wakil Presiden BEM periode 2017, Mochammad Pratama Viadi, juga menuturkan selain kehilangan uang dan barang, pelaku tak sungkan meninggalkan jejak berupa kotoran, “Pernah kehilangan uang dan yang terakhir, yang menurut kita paling kurang ajar. Ya maaf aku nyebutin ini, yaitu kotoran dari pelaku,” tuturnya. Didapatinya jejak pelaku tersebut sangat merugikan BEM, karena mengotori arsip-arsip penting milik mereka, “Yang perlu disoroti dia meninggalkan jejak tadi, dua kali. Yang sekali nggak terlalu berpengaruh, yang kedua sangat berpengaruh karena itu adalah berkas-berkas yang ada di BEM, yang masih dibutuhin di BEM, dan ditinggali kotoran seperti itu. Nah, itu merugikan kita,” tambah Pratama.
Tidak aktifnya CCTV di Gedung D menyebabkan sulitnya menginvestigasi pelaku pencurian. Sehingga upaya untuk mendapatkan titik terang siapa pelakunya, hanya dapat dilakukan dengan berbagai macam konfirmasi sederhana. Menurut penuturan Pratama, setiap malam satpam FILKOM juga berkeliling untuk memastikan tidak ada mahasiswa yang masih berkeliaran. “Jadi secara opini yang pertama adalah orang ini sudah tau situasi di FILKOM. Terlepas dia mahasiswa FILKOM ataupun orang yang pernah di FILKOM ataupun bukan. Cuma dia udah tau, terutama (kondisi) kelembagaan di FILKOM. Yang kedua, dari waktu, dia sangat memantau dari jam-jamnya kelihatannya. Kapan satpam kita lengah, kapan Gedung D nggak ada orang, kayak itu,” ungkap Pratama.
Beberapa kesekretariatan penghuni Gedung D mengakui bahwa kejadian ini sudah terjadi secara berulang kali sejak akhir tahun 2017 hingga Februari 2018 ini. “Terus ada lagi, kita kemalingan hampir seminggu 2 kali. Desember itu kemalingan sampai 3 kali kalau nggak salah,” ucap Dian. Pratama pun menyampaikan ada yang menarik dalam tempo pencurian yang terjadi di Gedung D, “Ini menarik, jadi rentannya pendek banget satu minggu sekali. Ketika pengen mergokin dan bikin jebakan, dia kayak tau dan duitnya aman. Dan selang beberapa minggu, 2 atau 3 minggu ketika kita udah lengah lagi, udah mikir nggak kembali lagi, dia balik lagi. Dan kejadian berikutnya juga rentannya pendek, 1 minggu. Jadi, kayak yang kubilang di awal, orangnya paham situasi di FILKOM.”
Menindaklanjuti pencurian yang telah terjadi berulang kali, beberapa pencegahan pun dilakukan oleh kesekretariatan penghuni Gedung D, seperti memasang kawat dan jaring-jaring di jendela yang selama ini dijadikan akses utama masuknya pencuri, menutup jendela dengan papan tulis dan lemari, meletakkan beberapa jebakan di bawah jendela, hingga ada yang bersedia menginap di kesekretariatan. Sebagai tindak pencegahan lainnya, Dian dan Pratama juga mengingatkan lembaga lain untuk menjaga berkas – berkas penting agar tidak terjadi kejadian yang serupa.
Perwakilan lembaga juga sudah melaporkan hal ini ke birokrat melalui advokasi untuk mendapatkan tindak lanjut. Beberapa hal yang diajukan antara lain mengaktifkan kembali CCTV, meningkatkan patroli pihak security, dan memasang tralis jendela di setiap kesekretariatan, namun hingga saat ini masih menunggu tidak lanjut dari birokrat. “Karena kita tahu alur buat pengajuan di birokrat ada prosedurnya, mungkin dari birokrat janjiin secepatnya itu bisa jadi sebulan, besoknya, kita nggak tau kepengadaannya gimana. Jadi kita cuma bisa nunggu dan follow up,” terang Pratama.
Pihak birokrat pun menanggapi bahwa kasus pencurian juga pernah terjadi di Gedung E dan musholla, kemudian dipasanglah CCTV serta meningkatkan keamanan. Untuk Gedung D, pihak dekanat juga menyarankan agar BEM membuat surat resmi atau pengajuan tertulis tentang pemasangan tralis di Gedung D, agar dapat terekam dan diajukan ke dekan dengan lebih mudah. “Kalau bisa, tertulis. Jadi, kalau misalnya kita kan banyak kerjaan, jadi banyak tugas. Kemudian tertulis ya kita respon baik, tapi kalau nggak terlulis biasanya implementasinya ini jadi nggak terekam apa – apa yang sudah dichecklist. Kan lebih mudah,” tutur Edy Santoso, Wakil Dekan III. Setelah kejadian ini, Edy juga mengatakan akan segera mengecek CCTV di Gedung D yang tidak aktif, “Nanti coba kita cek lagi, mungkin kita koordinasi dengan WD (Wakil Dekan, red). Mungkin ada kerusakan dimana jalurnya, nanti coba kita cek lagi,” tutupnya. (ae, iw)