
DISPLAY – Minggu, 20 Oktober 2019 lalu sebagian dinding Gedung F Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) sisi timur runtuh di bagian luarnya. Hal ini kembali terjadi pada Senin, 21 Oktober 2019 dan menyababkan lubang pada dinding bertambah besar. Beruntung, runtuhnya sisi luar dinding Gedung F yang terjadi dua kali dalam dua hari berturut-turut ini tidak menimbulkan korban jiwa.
Ketika ditanya mengenai penyebab kejadian ini, Suprapto, Wakil Dekan II Bidang Umum dan Keuangan FILKOM UB menjelaskan ini dikarenakan material yang digunakan pada dinding tersebut hanyalah bata ringan dengan pemasangan yang minim penguatan. “Itu desain dari perancang mainan (pilar warna putih, red) untuk tembok-tembok di deket jendela harusnya bukan struktur bata ringan, tetapi GRC (Glassfibre Reinforced Cement, red), lebih ringan jadi hanya menempel. Kemudian proses berjalannya pakai bata ringan,” jelasnya. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa seringnya dinding terkena getaran dari lift yang ada di dalam gedung turut menjadi penyebabnya. “Karena kena hujan, panas itu plesterannya mengelupas. Kemudian di balik dinding itu kan ada lift, lift itu kan bergetar, akhirnya tambah parah pecahnya,” tandasnya kemudian.
Suprapto menambahkan bahwa sebenarnya sejak tahun 2018, pondasi dinding sudah mengalami pengelupasan. Tidak hanya itu, Suprapto juga menjelaskan bahwa sebelum kejadian runtuhnya dinding tersebut, sudah terdapat lubang akibat retakan. “Sebelum hari Minggu itu sudah lubang sedikit, ya beberapa bulan yang lalu sudah lubang sedikit. Tapi yang kemarin itu yang paling besar.” lanjutnya.
Dikarenakan kejadian tersebut, Suprapto menyebutkan bahwa pihaknya telah melakukan komplain mengenai ini kepada pengembang proyek pembangunan di Gedung F. Ini dilakukan karena disebutkan Suprapto bahwa pengembang masih bertanggung jawab apabila terjadi masalah konstruksi hingga kurun waktu 10 tahun setelah gedung selesai dibangun. “Pengembang itu yang bertanggung jawab sampai 10 tahun. Ketika sebelum 10 tahun itu ada masalah konstruksi maka tanggung jawab dia,” terang Suprapto. Hasil dari komplain tersebut adalah pengiriman tim investigasi dan upaya perbaikan yang akan dilakukan oleh pihak pengembang. “Mereka sudah kirim tim untuk investigasi dan dalam waktu dekat ini akan melakukan perbaikan,” tambahnya.
Suprapto menyebutkan bahwa perbaikan yang dilakukan nantinya akan berfokus pada lantai 8 hingga 12. Hal ini dikarenakan pada lantai 1 hingga 7 dinding sengaja dibongkar dan menjadi tanggung jawab pengembang yang mengerjakan gedung junction. “Untuk lantai 7 ke bawah, itu sudah termasuk proyek yang sekarang ini. Jadi memang lantai 7 sampai lantai 1 dibongkar karena proyek ini. Untuk lantai 8 hingga 12, itu nanti pengembang yang tanggung jawab untuk membongkar dan perbaikannya seperti apa,” tuturnya.
Selain melakukan komplain mengenai keadaan dinding di bagian timur, Suprapto mengaku bahwa pihaknya juga meminta pengembang untuk melakukan investigasi di bagian barat, utara, dan selatan gedung. “Kita juga minta sisi utara, sisi barat, sisi selatan pun juga diinvestigasi,” ujar Suprapto.
Di sisi lain, pembangunan gedung junction (penghubung Gedung F dan Gedung G) masih berlangsung. Pembangunan gedung baru tersebut tetap dilanjutkan karena target penyelesaiannya adalah bulan Desember tahun ini. Untuk menghindari kejadian runtuhnya dinding Gedung F dan membahayakan para pekerja, dinding bagian timur tersebut kembali diruntuhkan hingga lantai teratas. “Kita meminta pengembang proyek sekarang untuk membongkar saja. Artinya supaya tidak menimbulkan korban,” jelas Suprapto.
Ketika ditanya mengenai bagaimana renovasi akan mengganggu proses pembelajaran mahasiswa, Suprapto kemudian menyebutkan bahwa renovasi akan dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu untuk menghindari hal itu. Sedangkan proses pembelajaran akan tetap berlangsung di Gedung F. “Kita komunikasikan dengan pengembang agar dilakukan di luar jam kuliah bisa Sabtu bisa Minggu. Tapi itu memang kita pantau terus karena tiap Jumat ini kan kita rapat progress pembangunan itu,” jelas Suprato.
Atas kejadian tersebut, Suprapto menghimbau pada para pekerja konstruktor agar lebih berhati-hati dan selalu mematuhi SOP pekerja. Sedangkan untuk para mahasiswa diharapkan agar tidak masuk ke area pekerja supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. “Kalau mahasiswa itukan bukan area mahasiswa lewat ya, mahasiswa lewatnya di sisi barat utara dan jangan sampai masuk di area proyek,” tutup Suprapto. (fy)