
DISPLAY – Tahun ini Olimpiade Brawijaya (OB) kembali menyelanggarakan pertandingan antar fakultas dalam 14 cabang olahraga dan 12 cabang seni. Cabang olahraga di dalamnya meliputi pencak silat, renang, tenis lapangan, tenis meja, voli, taekwondo, sepak bola, atletik, bridge, badminton, catur, karate, kempo, dan panahan. Sementara untuk cabang seni di dalamnya meliputi menyanyi keroncong, paduan suara, seriosa, sinematografi, vokal grup, puisi, desain poster, fotografi, festival band, membuat komik, serta menyanyi dangdut dan pop. Dari 26 cabang tersebut, Kontingen FILKOM hanya mengikuti 18 cabang saja. Dengan kata lain, FILKOM tidak mengirimkan atlet untuk delapan cabang yaitu bridge, tenis lapangan, kempo, taekwondo, komik, keroncong, paduan suara, dan seriosa.
Achmad Hanim Nur Wahid, selaku Koordinator Kontingen FILKOM mengungkapkan, penyebab tidak ikutnya Kontingen FILKOM dalam delapan cabang tersebut dikarenakan sedikitnya atlet yang ada di setiap cabang. Kurangnya koordinasi antara atlet dan official khususnya dari cabang bridge dan komik juga menjadi penyebab lainnya. “Ada yang telat mengumpulkan administrasi jadi terpaksa nggak bisa ikut. Cabor (cabang olahraga) yang bridge itu. Jadi official–nya agak lelet, ya miskomunikasi lah. Iya sisanya nggak ada atlet,” ungkapnya.
Berkaitan dengan permasalahan atlet, Hanim memaparkan bahwa Lembaga Semi Otonom (LSO) Badan Internal Olahraga dan Seni (BIOS) telah melakukan pencarian serta pendataan minat dan bakat untuk mahasiswa angkatan 2017, sejak mereka mengikuti rangkaian PK2MABA. “Atletnya itu dari seluruh angkatan di 2017 yang memiliki syarat-syarat tertentu, nggak selalu dari BIOS. Pokoknya dari anak FILKOM,” terang Hanim. Namun ketika BIOS menghubungi mahasiswa yang telah terdata secara lebih lanjut, banyak mahasiswa yang menolak untuk bergabung menjadi atlet OB. “Kemarin waktu penjaringan atlet itu juga udah ditanyain satu-satu. Tapi kebanyakan banyak yang nggak mau, banyak yang nggak bisa. Nggak tau kenapa,” imbuhnya.
Melihat dari sedikitnya mahasiswa angkatan 2017 yang berpartisipasi, Hanim berharap agar mahasiswa FILKOM bersedia untuk turut andil dalam mengharumkan nama FILKOM. “Ya diajakin lah harusnya teman-temannya itu biar mau bela FILKOM. Ini buat angkatan kalian (2017), ini buat nama FILKOM. Kenapa kok nggak mau? Toh yang dapat kebanggaan itu juga kalian,“ tutup Hanim. (nh, ozp)