Oleh: M.H
Persaudaraan lebih penting daripada memicu kerusakan dengan memandang lebih tinggi apa yang dimiliki sendiri maupun orang lain. Namun tidak semua menginginkan kedamaian antar manapun. Musuh yang harus dilawan bukanlah tentang perbedaan tetapi sikap dalam kelompok yang memicu perpecahan seperti mengadu domba satu sama yang lain.
Hari itu hari Jum’at, waktu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB, waktu bagi umat muslim melaksanakan sholat Jum’at.
“Buset dah sudah jam segini aja, baru juga selesai kelas.” Ujar seorang laki-laki. Laki-laki tersebut bernama Alan, seorang mahasiswa ilmu komputer di salah satu Universitas. Alan berlari menuju masjid terdekat dengan kampusnya. Dia berlari seperti seekor macan mengejar mangsanya. Di perjalanan menuju masjid, ‘Teeeeet’ suara klakson motor berbunyi.
“Oi Lan, mau kemana? Buru- buru amat.” Tanya seorang pengendara motor tersebut.
“Eh elu Chris, aduh sorry ya, mau sholat Jum’at dulu, sudah telat ini.” Ujar Alan.
Ya, pengendara motor tersebut bernama Chris, mahasiswa ilmu komputer sama seperti Alan.
“Oh gitu, ya sudah naik motorku kuantarin.” Ucap Chris.
“Serius ni ga apa-apa!?”
“Sudah naik aja, sudah azan itu lho..”
“Makasih ya.”
Akhirnya Chris mengantarkan Alan menuju masjid.
“Makasih Chris.”
“Sip sama-sama.”
Alan pun segera melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Selesai melaksanakan kewajibannya, dirinya langsung pulang menuju kosannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen hari itu.
Sabtu sore, pukul 16.30 WIB, Alan baru saja pulang dari rapat rutin suatu organisasi. Kebiasaannya di hari libur perkuliahan adalah jalan-jalan. Ketika perjalanan keluar dari gerbang kampus, dirinya melihat Chris yang sedang memeriksa motornya.
“Chris, ngapain? Mogok kah?” Ujar Alan.
“Ga tahu nih, padahal mau ke gereja lho, berulah aja ini motor.” Jawab Chris.
“Waduh, ya sudah parkirkan aja motormu, barengan sama aku naik ojol aja”
“Lah, emang elu mau kemana?”
“Jalan-jalan sih rutinitas biasa, bisa kok aku ubah lokasinya ke gereja yang kamu tuju.”
“Seriuslah ga apa-apa?”
“Sudahlah jangan banyak basa-basi”.
Tidak ada cara lain untuk Chris pergi ke lokasi ibadahnya, Chris hanya mengangguk tanda menerima tawaran Alan. Tidak lama pun ojolnya sudah sampai di titik penjemputan dan mereka pun segera berangkat. Di dalam keberangkatan menuju lokasi ibadah Chris, Chris bingung bagaimana dirinya pulang nanti. Sesampainya di tujuan tersebut, Alan mengatakan sesuatu.
”Entar kita pulangnya bareng aja naik ojol lagi, lagian aku belum pernah keliling sekitar sini, oke?”
Chris terdiam akan perkataan Alan tersebut. Alan pun pergi untuk menelusuri daerah tersebut dan Chris melaksanakan ibadahnya. Tidak hanya sampai di situ, ada seseorang telah membuntuti Alan saat pergi ke lokasi tujuannya.
Di perjalanan menelusuri daerah tersebut, Alan menghirup aroma kaldu ayam yang sangat kuat dan kebetulan sekali dirinya sudah lapar.
“Pak, mi ayamnya 1 porsi, makan di sini.” Ucap Alan.
“Baik Mas.”
Alan duduk dan menunggu pesanannya. Tidak lama, semangkuk mi ayam yang masih panas sudah ada di hadapannya. Semerbak aromanya membuat Alan sangat lahap menyantap semangkuk mi ayam tersebut. selesai menyantap mi ayam tersebut, dirinya langsung kembali menuju gereja.
Saat di perjalanan menuju gereja, suasana malam yang dingin, Alan disambut dengan air yang jatuh secara perlahan dari langit.
“Walah, lagi ga bawa payung lagi…” Ucap Alan.
Alan pun bergegas lari, “Lan, sini masuk…” Ucap Chris dari gereja. Alan pun masuk ke dalam gereja tersebut untuk berteduh dari derasnya hujan.
“Chris, aku merasa enggak enak tahu.”
“Sudahlah gapapa kok, daripada kamu nanti kehujanan, sakit pula.” ujar Chris.
Di keadaan tersebut orang yang membuntuti Alan masih berada di lokasi. Sepertinya orang tersebut ingin mengetahui bagaimana aksi Alan. Asyiknya mengobrol pada malam itu, Alan dan Chris tidak menyadari jika hujan deras tersebut perlahan-lahan berhenti.
“Chris, kamu udah selesai bukan? Gimana aku langsung pesan ojol aja, udah malem banget ini, takut aku dikunci di luar.” Ucap Alan.
“Yaudah, ntar tagihannya pulang perginya ku transfer aja nanti, jangan lupa dikirim tagihannya.”
“Sudah, ga perlu di ganti…”
“Tapikan…”
“Eh, mobilnya udah di depan gereja nih.” Mereka pun keluar dari gereja dan pulang menuju kosan masing-masing.
Senin pagi, pukul 08.00 WIB, Alan bersiap-siap untuk mengikuti kelas di kampusnya. Seperjalanan menuju gedung, ada dua orang yang sedang membicarakan sesuatu dan tidak sengaja didengar oleh Alan.
“Tahu tidak, katanya sih Alan pindah agama lho, katanya dia masuk gereja sabtu malam lho.”
Alan hanya menghiraukan percakapan tersebut dan melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Dirinya tidak ingin terlambat mengikuti kelas pagi tersebut. sesampainya di depan pintu kelas, kelas pagi pun mulai dengan semestinya.
Selesai kelas, dirinya berencana langsung pergi ke kosan untuk istirahat. Tetapi, dia berpapasan dengan seseorang.
“Alan, aku boleh nanya tidak?” ucap seseorang tersebut.
“Boleh, tentang apa itu?”
“Kamu emang beneran pindah agama?”
“Enggak kok, rumor itu salah…” Jawabnya dengan halus.
“Lah, katanya kamu masuk ke dalam gereja, pasti kamu ibadahkan di sana.”
Dengan tiba-tiba dipotong oleh suara orang.
“Semua tidak benar! Alan tidak pindah Agama, dirinya hanya berteduh karena cuaca hujan, dan yang menyuruhnya itu aku sendiri.” Ucap Chris.
“Chris….”
“….. kamu yang mempengaruhi Alan untuk pindah agama?” Ujar orang tersebut.
“Aku tidak akan melakukannya. Memang tidak boleh apa saling membantu walaupun kita beda agama, lagian kita ini sama. Dengan karena Alan masuk ke gereja berarti dia pindah agama? Emang kalian tahu yang dilakukan Alan di dalam gereja itu apa? Tentu tidak bukan.” Jawab Chris.
Orang tersebut hanya diam dan tidak memberikan jawaban. “Sudah Chris, jangan ngomong kayak gitu. Gini aku masuk ke dalam hanya berteduh dari cuaca hujan malam itu. Chris yang menyuruhku masuk. Aku hanya duduk dan berbicara di dalam bersamanya.”
“Oh begitu, maaf ya aku salah prasangka ku kira kamu pindah agama gitu.” Ujar orang itu.
Tidak lama orang tersebut pergi dari pandangan mereka berdua. Tetapi raut wajah Chris masih tidak senang dengan perkataan tersebut. “Sudahlah, jangan dipikirin lagi, nanti juga reda itu rumor.” Kata Alan.
“Ouh iya Alan, aku pulang dulu ya, dan jangan lupa cek barangnnya sudah sampai apa belum, bye-bye..” Ucap Chris sambal pergi.
Alan pun pulang dan masih bingung barang apa yang dimaksud oleh Chris. Padahal dirinya tidak membeli apapun. Setelah masuk ke kamarnya, barang tersebut sebuah makanan kesukaan Alan yang ada di atas meja belajarnya dengan kertas kecil di kotak tersebut.
Makasih banyak ya, ini bayarannya untuk kemarin
–Chris