Oleh: dhi
Hari itu, hari orang lain beraktivitas seperti biasanya, aku termenung. Hari itu, hari pertama aku mengetahui aku terkena penyakit ini. Lupus. Aku termangu sejenak memikirkan, pantas saja akhir-akhir ini aku sangat sering kelelahan walaupun aku melakukan aktivitas seperti biasanya. Pantas saja aku sering kebingungan entah apa yang aku bingungkan. Puncaknya, terdapat ruam berbentuk kupu-kupu menutupi pipi dan hidungku.
Takut. Itulah hal pertama yang aku pikirkan sejak dokter mengatakan aku mengidap lupus. Apa aku bisa sembuh? Apa aku akan begini seumur hidupku? Apa teman dan keluargaku akan menjauhiku? Pertanyaan-pertanyaan itu silih berganti memenuhi pikiranku.
Dokter mengatakan, “Tenang saja, lupus bukan penyakit mematikan, lupus bisa dikendalikan dengan pengobatan yang tepat meskipun tidak bisa disembuhkan,” Batinku berteriak, “Apa aku bisa tenang saat ini? Tidak bisa disembuhkan? Lalu kamu menyuruhku untuk tenang? Sungguh tidak habis pikir,” Ibu menggenggam tanganku yang semenjak tadi gemetar karena kekhawatiranku. Dokter melanjutkan perkataannya, “Penyakit ini tidak menular, kami akan memberikan pengobatan untuk meredakan keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan penyakit ini. Kamu juga harus memulai pola hidup sehat dan mengelola stress kamu ya,” Aku tidak sanggup menjawab. Ibu membalas perkataan dokter seraya menggandengku keluar dari ruangan yang menyesakkan itu.
Itulah hari pertamaku bersama penyakit yang kuderita. Sesak, takut, marah, dan emosi lainnya kurasakan bersamaan. Butuh waktu untukku menerima diriku dengan penyakitku ini. Tidak sebentar, namun cukup bagiku untuk memikirkan bagaimana aku harus melanjutkan hidupku. Aku tidak bisa kembali pada masa lalu, aku juga tidak mau berhenti di sini. Ya, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain maju. Aku cukup beruntung dapat mengetahui lebih awal tentang adanya penyakit ini dalam tubuhku.
Saat ini, aku harus meminum obat dan mulai menjaga pola hidupku. Keluarga dan temanku juga terus memberikan dukungannya kepadaku. Hari ini, 10 Mei terasa berbeda bagiku. Aku merayakannya dengan saling memberikan dukungan dengan orang-orang sepertiku. Aku juga membagikan pengetahuan tentang lupus di media sosialku. Setidaknya orang lain bisa melihat dan mungkin bisa lebih peduli terhadap penyakit ini. Aku suka melakukannya, setidaknya itu membuatku tidak merasa sendiri. Setidaknya aku bisa membagikan apa yang aku ketahui dengan orang lain. Untuk manusia lain yang menderita karena penyakit ini, lupus tidak mau menyerah pada kita, mari kita juga tidak menyerah padanya!