Oleh: irf

Cerita ini terjadi di sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia, sebut saja kampus X. Kampus ini terletak di tengah kota dan memiliki area kampus rimbun penuh dengan pepohonan. Di kampus ini, mahasiswa baru di tahun pertama diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun. Asrama kampus ini sangat besar, terletak tidak jauh dari gedung kampus utama, tetapi di pisahkan oleh pohon-pohon besar yang sengaja dibuat sebagai hutan buatan.

Setiap malam jumat, di asrama perempuan di wajibkan untuk menggelar pengajian yang di lakukan sesuai kesepakatan mahasiswa asrama di setiap lantainya. Kebiasaan ini selalu dilakukan tiap generasi karena banyak mitos yang berkembang bahwa banyak sekali ‘makhluk lain’ yang terkadang usil dan kerap kali mengganggu. Entah dengan mengetuk pintu kamar penghuni asrama di tengah malam, menjelma menjadi “teman” yang mereka kenal, “orang” yang muncul dari kamar mandi dengan rambut basah, dan terkadang tercium bau anyir yang entah datang dari mana asalnya.

Penghuni salah satu kamar 301–Aini, Disa, dan Ratna, selepas melakukan pengajian langsung masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar tersebut, terdapat 3 tempat tidur , lemari, serta meja belajar. 2 Tempat tidur bergaya tingkat atas bawah. Kasur lainnya bersebrangan dengan kasur tingkat tadi. Pintu masuk-keluar kamar asrama mereka menghadap tepat ke arah kasur tingkat. Sedangkan meja belajar berada di sebelah pintu tersebut. Denah kamar mereka seperti berikut.

rect4136
Mereka bertiga adalah mahasiswa teladan yang sering sekali begadang hanya untuk menghafal jurnal atau membuat laporan yang menumpuk setiap minggunya. Tidak pernah sekalipun mereka tertidur dibawah pukul 12 malam. Tapi malam itu, entah kenapa Aini dan Ratna mendadak merasakan kantuk yang luar biasa dan memutuskan untuk tidur lebih awal.

Disa yang sama sekali tidak mengantuk hanya membiarkan Aini dan Ratna berbaring di tempat tidurnya, sedangkan dirinya sendiri memutuskan untuk belajar karena tidak merasakan kantuk sama sekali. Puluhan jurnal yang menumpuk perlahan-lahan di lahap Disa dan ia mulai fokus penuh dengan apa yang ada di depannya.

Tapi kemudian, Disa mendengar langkah orang berlari dan suara terkekeh-kekeh kecil genit yang berasal dari lorong asrama. Gadis itu menghentikan gerakan tangannya yang sedang menulis dan melirik jam tergantung di dinding diatas pintu. Sudah jam 11 lebih 49 menit. Tidak seharusnya ada anak asrama yang boleh berkeliaran di lorong karena jam malam sudah lama lewat, terlebih lagi malam ini adalah malam jumat.. kliwon.

Ia tidak mengindahkan siapa yang berjalan di luar sana. Mungkin hanya beberapa teman yang ingin ke kamar mandi. Kemudian Disa pun melanjutkan kegiatan mengerjakan jurnalnya.

Lagi-lagi ada suara aneh terdengar diluar. Kali ini suara-suara yang tadi didengarnya terdengar lebih intens dan semakin nyaring menggema memantul di dinding-dinding lorong, ditambah dengan suara genangan air yang diganggu oleh sepasang kaki yang berlari-lari. Disa merasakan perasaan aneh yang memenuhi rongga dadanya dan matanya mulai begerak kesana kemari mengawasi keadaan di sekitarnya.

Di saat keringat dingin mulai mengucur, ekor mata Disa melihat bayangan seseorang yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya bersamaan dengan suara-suara aneh itu yang berhenti menggema. Disa mengamati bayangan itu lekat-lekat, menebak-nebak siapa tau ada temannya yang sedang usil.

Tapi mendadak, suara yang nyaring anak perempuan, dengan renyah menyahut dari luar

“Yang satu belum tidur! yang satu belum tidur! yang satu belum tidur!”

Disa terhenyak. Bola matanya membesar, kakinya gemetar, dan bulu kuduknya dari ujung kepala sampai ujung kaki berdiri tanpa perintah. Suara langkah kaki dan tawa misterius terdengar makin ramai diluar. Dengan segala sisa kekuatan yang dimiliki, Disa langsung meringsut masuk ke dalam selimut di atas tempat tidur Aini. Tanpa ba-bi-bu Disa langsung memejamkan matanya, mengatur tempo detak jantungnya yang seperti akan melorot ke kaki.

“ANJRIT! Siapa tuh?!” Disa memaki dalam hati. Demi Tuhan suara siapapun yang tadi menyahut dari luar adalah suara anak-anak ter-creepy yang pernah Disa dengar. Suaranya nyaring, diselingi tawa yang datang dari bibir pucat seorang gadis yang menyeringai puas dari luar.

“Ai, bangun, Ai! Lo ga denger suara di luar?” Disa menggoyang-goyang tubuh Aini, tapi ia tidak bereaksi sedikitpun. Sial, dasar kebo!

Tiba-tiba suara tersebut menghilang tanpa bekas. Terganti dengan suara hening dan tenang yang terasa ganjal untuk Disa. Tapi, gadis itu tak peduli lagi, ia hanya ingin cepat-cepat tertidur.
Lalu mendadak suara tadi muncul lagi, nyaring, dan menakutkan
“Yang satu pura-pura tidur! yang satu pura-pura tidur!”
Disa membeku, sial! makhluk macam apa itu?!
Semua lafalan doa yang dihafal Disa dibaca tanpa terkecuali, suaranya berdoa tak kalah nyaring dengan suara seringai puas yang menggema di balik tembok kamarnya.

Pagi menjelang, Disa membuka matanya dan meperhatikan keadaan kamarnya, semuanya terasa normal dan baik baik saja. Disa menghela nafas lega. kemudian ia langsung menyapa Aini yang masuk kedalam kamarnya.

“Dari mana Ai?”

“Itu heboh di luar.”

“Kenapa?”

“itu lorong depan kamar banjir.”

Disa terhenyak lagi. Sialan, ternyata yang semalam bukan mimpi sama sekali.

“Ai, ai, lo tau nggak semalem gue digangguin hantu! lo gue bangungin gak bangun-bangun!”

Aini mengernyit, “Hah? semalem gue kan tidur di kamarnya Risma, Dis.”