Di sebuah desa kecil yang tenang, hiduplah seorang anak bernama Dani. Kehidupan Dani berubah drastis saat usianya baru menginjak lima tahun. Orang tuanya, yang dulu selalu tampak bahagia, mulai sering bertengkar. Suasana rumah yang tadinya hangat perlahan-lahan berubah menjadi penuh ketegangan. Hingga suatu hari, perpisahan yang tidak terelakkan terjadi. Orang tua Dani memutuskan untuk bercerai dan masing-masing membangun keluarga baru.
Keputusan itu membuat Dani harus tinggal bersama kakek dan neneknya di desa. Orang tuanya merasa tidak bisa merawat Dani dengan baik di tengah kesibukan dan kehidupan baru mereka. Dani yang masih kecil tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, tetapi ia merasakan kesedihan mendalam karena harus berpisah dengan kedua orang tuanya.
Kakek dan nenek Dani menyambutnya dengan penuh kasih sayang. Mereka berdua berjanji untuk merawat Dani sebaik mungkin, memberikan cinta yang dia butuhkan. Dani pun mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya di desa. Dani menjalani masa kecil yang penuh kebahagiaan bersama kakek dan neneknya. Setiap pagi, kakeknya mengajaknya berkeliling desa, mengajarinya tentang alam dan kehidupan. Neneknya selalu menyiapkan sarapan yang lezat dan bercerita tentang masa lalunya yang penuh warna. Dani merasa sangat dicintai dan terlindungi.
“Kakek, hari ini kita ke sawah lagi?” tanya Dani
“Tentu, Dani. Tapi kita harus memastikan Nenek sudah sarapan dulu,” jawab Kakek dengan senyuman.
Neneknya yang mendengar percakapan itu menimpali, “Ah, kalian berdua ini. Jangan khawatirkan Nenek terus. Kalian pergilah, nanti Nenek masak makan siang yang enak.”
“Tapi aku ingin Nenek ikut juga, kita bisa piknik di sawah,” kata Dani dengan nada khawatir.
Neneknya tertawa lembut dan berkata, “Nenek sudah tua, sayang. Berjalan ke sawah bisa membuat Nenek kelelahan. Tapi pikniknya bisa kita lakukan di halaman rumah, bagaimana?”
Kakeknya setuju dengan ide itu. “Ide yang bagus! Dani, bagaimana kalau kita bawa hasil panen ke rumah dan kita makan bersama Nenek di halaman?”
Dani dengan semangat menjawab, “Setuju! Ayo, Kek!”
Namun, waktu terus berjalan dan usia kakek serta neneknya semakin bertambah. Kakeknya mulai sering batuk dan merasa lelah, sedangkan neneknya kerap kali mengalami sakit yang membuatnya harus beristirahat di tempat tidur. Meskipun begitu, mereka bertiga tetap saling menjaga dan memberikan dukungan.
—
Suatu hari, Dani bertanya dengan cemas, “Kek, kenapa Kakek sering batuk belakangan ini? Kakek baik-baik saja, kan?”
Kakeknya tersenyum lemah dan menjawab, “Ini hanya batuk biasa, Dani. Kakek baik-baik saja. Jangan khawatir.”
Neneknya yang mendengar percakapan itu menambahkan, “Dani, kita harus tetap merawat Kakek bersama-sama, ya. Kakek sudah banyak membantu kita selama ini.”
Dani mengangguk dengan penuh tekad. “Iya, Nek. Aku akan selalu membantu.”
—
Suatu malam yang tenang, setelah merawat kakeknya yang sedang sakit, Dani merasa sangat lelah dan akhirnya tertidur di samping tempat tidur neneknya. Dalam tidurnya, dia memasuki dunia mimpi yang indah. Di sana, dia menemukan dirinya berada di sebuah taman yang luar biasa cantik, penuh dengan bunga-bunga berwarna-warni yang bermekaran, pepohonan yang rindang, dan suara burung berkicau merdu. Taman itu terasa begitu hidup dan damai, seolah-olah mengundang setiap orang yang datang untuk merasakan kebahagiaan sejati.
Di tengah taman itu, Dani melihat sosok kakek dan neneknya. Mereka tampak lebih muda, sehat, dan penuh semangat. Kakeknya mengenakan pakaian favoritnya, kemeja flanel biru dan topi jerami yang selalu dia kenakan saat berkebun. Neneknya terlihat anggun dengan gaun berwarna pastel dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Mereka bermain dan bercanda, tertawa lepas seperti dulu saat Dani masih kecil. Kakeknya mengayun-ayunkan Nenek di sebuah ayunan kayu dan suara tawa mereka mengisi udara dengan kebahagiaan.
Dani mendekat dan bergabung dengan mereka. Kakek dan neneknya menyambutnya dengan pelukan hangat. Mereka duduk di rerumputan, berbagi cerita dan tertawa bersama. Dani merasa begitu bahagia dan damai di dalam mimpi itu, seolah-olah semua beban dan kesedihannya hilang begitu saja.
Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Dani terbangun oleh suara tangisan pelan yang terdengar di sebelahnya. Dia membuka matanya dan melihat neneknya menangis di samping tempat tidur kakeknya yang sudah tidak bergerak. Air mata mengalir deras di pipi neneknya dan Dani merasakan kesedihan yang mendalam. Kakeknya telah meninggalkan mereka untuk selamanya. Hati Dani terasa hancur, kehilangan sosok yang sangat dia cintai dan hormati.
Dengan suara bergetar, Dani berkata, “Nenek, aku sangat merindukan Kakek. Rasanya sulit sekali tanpa beliau.”
Neneknya menatap Dani dengan mata yang masih basah oleh air mata. “Nenek juga merindukannya, Dani. Tapi kita harus kuat. Kakek pasti ingin kita bahagia.”
Dani merasakan dorongan untuk menjadi lebih kuat demi neneknya. “Aku akan berusaha, Nek. Aku janji akan menjaga nenek sebaik mungkin.”
Nenek mengelus rambut Dani dengan penuh kasih sayang. “Kamu adalah cucu yang luar biasa, Dani. Nenek bangga padamu. Kakek juga pasti sangat bangga melihatmu tumbuh menjadi anak yang baik dan penuh perhatian.”
Hari-hari terus berlalu, Dani serta neneknya menjalani kehidupan mereka dengan saling menguatkan satu sama lain. Namun, waktu terus berjalan, Neneknya pun semakin menua. Kesehatannya semakin memburuk membuat Dani merasakan ketakutan yang sama seperti ketika kehilangan kakeknya.
—
Suatu malam, ketika Dani sedang duduk di samping tempat tidur neneknya, neneknya menggenggam tangan Dani dengan lembut. “Dani, cucu kesayangan nenek. Nenek sangat bangga padamu. Kamu sudah menjadi anak yang kuat dan penuh kasih sayang. Nenek ingin kamu tahu bahwa nenek selalu mencintaimu.”
Air mata mengalir di wajah Dani. “Aku juga mencintai Nenek. Terima kasih telah merawatku dan selalu ada untukku.”
Nenek tersenyum lemah. “Ingatlah, Dani, Kakek dan Nenek selalu bersamamu, kamu tidak pernah sendirian.”
Dani merasakan genggaman neneknya perlahan mengendur. Dengan suara bergetar, dia berkata, “Aku akan selalu mengingat kata-kata Nenek. Aku janji akan menjaga warisan cinta yang Nenek dan Kakek tinggalkan.”
Nenek mengangguk perlahan dan dengan napas terakhirnya, dia berbisik, “Hingga akhir waktu, Dani.”
—
Neneknya pergi dengan damai, meninggalkan Dani dengan perasaan kehilangan yang mendalam. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa kakek dan neneknya selalu bersama memberikan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan dalam hidup Dani.
Hari-hari setelah kepergian neneknya penuh dengan kesedihan, tetapi juga dengan kenangan indah yang memberikan kekuatan. Kenangan ini yang menghubungkan cinta dari masa lalu ke masa kini, menjadikannya abadi hingga akhir waktu. Dani merawat kebun dan rumah mereka dengan cinta, seperti yang diajarkan kakek dan neneknya. Setiap pagi, dia mengunjungi makam mereka, berbicara dengan mereka seolah-olah mereka masih ada di sampingnya.
Dani tumbuh menjadi seorang pria dewasa yang penuh kasih sayang dan kebijaksanaan, mewujudkan harapan kakek dan neneknya. Meskipun kehilangan mereka meninggalkan luka yang dalam, cinta dan kenangan mereka menjadi cahaya yang menerangi jalan hidupnya. Hingga akhir waktu, Dani terus menjalani hidup dengan cinta dan kekuatan, menghormati warisan yang ditinggalkan oleh kakek dan neneknya.