Dalam era digital ini, teknologi terus berkembang pesat dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk seni tradisional seperti batik. Salah satu inovasi yang sedang dikembangkan adalah penggunaan Generative AI untuk menciptakan desain batik. Daffa Izzuddin, yang biasa dipanggil Izzud, merupakan seorang mahasiswa Teknik Informatika 2021 yang terlibat dalam proyek inovatif ini.
Tim ini dibentuk pada akhir tahun 2023 dengan ketua tim Dr. Eng. Novanto Yudistira, S.Kom., M.Sc. dari Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM), Universitas Brawijaya. Izzud bersama beberapa mahasiswa FILKOM lainnya bergabung dalam tim ini. Dari awal, Dr. Yudistira menargetkan untuk membuat batik. Mengingat viralnya teknologi Stable Diffusion dan DALL-E, tim memutuskan untuk mengembangkan hal serupa yang memungkinkan pembuatan batik dari teks.
Dalam perjalanan proyek ini, tim mencari anggota tambahan dan merekrut Dr. Eng. Irawati Nurmala Sari, S.Kom., M.Sc., seorang dosen dari FILKOM yang ahli dalam gambar. Selain itu, karena memerlukan ahli batik, tim juga menambah anggota dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Pengembangan proyek ini menghadapi beberapa tantangan. Tantangan pertama adalah menentukan model AI yang akan digunakan, mengingat teknologi generative AI baru muncul pada akhir 2022. Tantangan kedua adalah memperoleh data yang cukup untuk melatih model. Tantangan terbesar adalah kurangnya pengetahuan tentang batik di antara anggota tim awal yang berasal dari FILKOM. Untuk mengatasi hal ini, tim bekerja sama dengan anggota dari FIB.
Generative AI ini ditargetkan bukan untuk menggantikan pengrajin batik, melainkan untuk memberikan inspirasi kepada mereka. Berdasarkan wawancara dengan mahasiswa FIB, diketahui bahwa banyak desain model batik yang cenderung monoton. Dengan adanya generative AI, diharapkan desain batik di Indonesia dapat lebih bervariasi dan kreatif.
Dalam tim, pemilihan model secara umum dilakukan oleh seluruh anggota, tetapi fungsi spesifik dari model tersebut disusun oleh Izzud. Selain itu, Izzud bertanggung jawab dalam fine-tuning model, coding, serta pembuatan prompt generation secara otomatis berdasarkan gambar yang sudah ada. Data yang digunakan diambil dari internet yang kemudian diproses lebih lanjut.
Inspirasi Izzud dalam pembuatan AI ini berawal dari hobinya membaca paper ilmiah mengenai generative AI, yang kemudian menimbulkan rasa penasaran dalam pengembangan teknologi tersebut dan membuatnya memutuskan untuk mencoba membuat generative AI. Ia meyakini bahwa kunci sukses adalah mencoba terlebih dahulu tanpa terlalu memikirkan hasil akhirnya.
Proses pembuatan generative AI ini melalui beberapa tahap, salah satunya adalah proses inferensi yang dilakukan pada server FILKOM Universitas Brawijaya. Proses ini dimulai dengan menulis prompt, yang kemudian dimasukkan ke encoder untuk diubah menjadi angka yang disebut embedding. Embedding ini diubah menjadi gambar noise, yang kemudian diproses menggunakan model U-Net untuk menghasilkan gambar batik yang jelas.
Pencapaian proyek yang paling membanggakan adalah ketika gambar yang dihasilkan oleh generative AI ini dapat disebut sebagai batik, meskipun masih ada beberapa gambar yang belum memenuhi kriteria tersebut. Kedepannya, Izzud ingin mengeksplorasi lebih lanjut mengenai generative AI agar teknologi ini dapat berkembang lebih baik. Ia berharap generative AI dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat umum untuk lebih mengenal dan memahami batik.
Proyek ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi bisa bersinergi dengan seni tradisional untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif. Dengan dukungan tim yang solid dan kolaborasi antar fakultas, proyek ini berpotensi membawa angin segar dalam dunia perbatikan di