Sumber Gambar: Unplash

DISPLAYUntuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat tentunya harus melakukan aktivitas jual beli setiap harinya. Seiring berjalannya waktu, berbagai macam penemuan membuat aktivitas jual beli mengalami perubahan yang drastis. Seperti digunakannya mata uang logam dan kertas yang telah menggantikan sistem barter, hingga hadirnya uang digital. Pada era sekarang, jual beli dapat dilakukan tanpa harus keluar rumah untuk membeli suatu barang atau menunggu pembeli datang ke toko. Hal tersebut tentunya mempermudah para pelaku jual beli, terutama para konsumen. Mereka dapat membeli suatu barang yang mereka inginkan dengan praktis dan mudah.

Pada era pandemi seperti saat ini, tingkat belanja online masyarakat Indonesia semakin meningkat dari sebelumnya. Dikutip dari cnnindonesia.com, berdasarkan hasil laporan survei perusahaan marketing InMobi, “Marketing in the Era of Mobile“, di sektor e-commerce, InMobi mencatat bahwa tingkat belanja selama pandemi Covid-19 lebih tinggi dari tingkat belanja ketika masa libur. Selain itu, menurut survei We Are Social pada Januari 2021, tingkat pembelian yang dilakukan oleh konsumen Indonesia berada di urutan teratas dalam melakukan pembelian melalui e-commerce, yaitu sebanyak 87% responden menyatakan telah membeli barang secara online dalam satu bulan terakhir.  

Selain dikarenakan pandemi yang telah berlangsung selama satu tahun belakangan ini, peningkatan belanja  online masyarakat Indonesia juga disebabkan oleh maraknya promo yang ditawarkan oleh e-commerce. Dikutip dari kompas.com, Chief Customer Care Officer Lazada Indonesia, Ferry Kusnowo mengatakan bahwa selama masa pandemi beragam promosi belanja online  telah ditawarkan untuk menarik minat beli masyarakat,  baik melalui media sosial ataupun menggunakan papan iklan di luar digital elektronik.

Meskipun pembelian melalui e-commerce mengalami peningkatan, namun ternyata daya beli masyarakat dalam setahun terakhir ini justru tengah menurun. Dikutip dari merdeka.com, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 turun hingga minus 5,51%. Angka tersebut berada jauh di bawah konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2020 sebesar 2,83%. Kepala BPS, Suhariyanto, mengungkapkan pelemahan terjadi secara menyeluruh pada komponen konsumsi rumah tangga. Sementara itu, komponen yang masih tumbuh namun mengalami perlambatan yaitu komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga serta komponen kesehatan dan pendidikan. Penurunan tersebut tidak lepas akibat pandemi yang tengah berlangsung hingga sekarang.

Faktor yang juga menjadi penyebab berkurangnya daya beli masyarakat yaitu menurunnya pendapatan masyarakat di Indonesia. Dikutip dari kompas.com, pemerintah mengakui daya beli masyarakat saat ini melemah karena pendapatannya menurun. Penurunan pendapatan ini  salah satunya akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai dampak pandemi Covid-19. Selain PHK, penurunan pendapatan penghasilan juga disebabkan karena berkurangnya jumlah gaji serta turunnya omzet usaha.

Pemerintah pun tidak tinggal diam melihat kondisi tersebut, karena menurunnya daya beli masyarakat dapat berdampak pada terhambatnya roda perekonomian di Indonesia. Dilansir dari news.detik.com, pemerintah memberikan bantuan sosial khusus berupa paket sembako atau sejumlah uang tunai untuk meringankan beban masyarakat dari golongan menengah ke bawah untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19 supaya daya beli masyarakat tetap baik. (mad)