Beberapa waktu yang lalu, salah satu gedung pusat pemerintahan Amerika Serikat (AS), Capitol Hill mengalami kerusakan akibat penyerbuan oleh demonstran pendukung calon presiden petahana, Donald Trump. Penyerbuan tersebut merupakan bentuk kekecewaan dari kekalahan Donald Trump pada pemilu AS beberapa waktu sebelumnya.
Peristiwa serupa juga pernah terjadi di Indonesia. Dikutip dari kompas.com, pada tanggal 19 Mei 1998, terjadi peristiwa besar di ibu kota negara. Saat itu, ribuan mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia berhasil menguasai kompleks Gedung MPR/DPR RI. Para mahasiswa melakukan hal tersebut sebagai bentuk protes kepada pemerintahan Presiden Soeharto yang dinilai gagal dalam menangani krisis moneter. Selain itu, mereka juga menuntut pergantian kekuasaan mengingat Presiden Soeharto baru saja terpilih menjadi presiden untuk ketujuh kalinya pada Maret 1998.
Dilansir dari okezone.com, peristiwa tersebut memang sudah direncanakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ). Pada awalnya, terjadi kebimbangan mengenai lokasi mana yang akan menjadi target pendudukan. Ada dua opsi yang diusulkan saat itu, yaitu Istana Negara dan Gedung DPR/MPR. Kebimbangan terjadi karena sebagian peserta memilih Gedung DPR dan sebagian memilih Istana Negara. Pada akhirnya, Gedung DPR dipilih karena para mahasiswa berpendapat bahwa keamanan akan dipusatkan di Istana Negara dan mereka menghindari adanya bentrokan dengan aparat mengingat baru saja terjadi bentrokan yang memakan korban jiwa sebanyak 4 mahasiswa beberapa hari sebelumnya pada Tragedi Trisakti. Langkah tersebut diambil karena menurut para mahasiswa, cara tersebut adalah satu-satunya cara untuk dapat mendesak Soeharto mundur dari kursi presiden.
Dikutip dari historia.id, pada pagi 19 Mei, ribuan mahasiswa berbaris rapi menuju Gedung DPR. Banyaknya jumlah mahasiswa tak sebanding dengan jumlah aparat yang menjaga. Pasukan TNI juga menyambut kedatangan mahasiswa dengan baik dan mempersilakan mahasiswa masuk dengan tertib sehingga para mahasiswa dapat dengan lancar masuk ke dalam kawasan Gedung DPR. Bahkan, para mahasiswa juga mendapatkan pengawalan dari pasukan Kostrad saat masuk ke dalam. Hanya dalam waktu beberapa jam, Gedung DPR sudah dipenuhi oleh spanduk-spanduk tuntutan yang dibawa oleh mahasiswa. Bahkan, nampak beberapa mahasiswa dengan santainya duduk dan tidur di atas atap gedung. Mahasiswa juga berhasil masuk ke dalam Gedung DPR dan menikmati fasilitas di dalamnya. Salah satu koordinator aksi bahkan menegaskan bahwa mereka akan tetap tinggal dan bermalam di sana hingga Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya.
Perjuangan tersebut akhirnya menuai keberhasilan. Dikutip dari kompas.com, dua hari berselang, tepat pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, Presiden Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya dan menyerahkan kekuasaan seluruhnya kepada Wakil Presiden B. J. Habibie. Dikutip dari cnnindonesia.com, keputusan ini disambut dengan meriah oleh para mahasiswa yang berada di Gedung DPR. Terlihat raut kebahagiaan muncul dari wajah mereka sembari menjabat dan memeluk rekan-rekannya. Mereka tahu bahwa mereka telah menang hari itu. (din)