DISPLAY-Pada masa pandemi COVID-19 ini, aktivitas sehari-hari seluruh kalangan masyarakat diminta untuk dibatasi agar rantai penyebaran penyakit ini dapat berkurang. Hal ini juga berlaku bagi atlet-atlet olahraga nasional yang tidak dapat berlatih secara maksimal. Nasib yang cukup malang tersebut harus dialami oleh para atlet di Indonesia. Seperti yang dikutip dari detikcom, atlet taekwondo, Defia Rosmaniar, harus dipulangkan kembali ke daerah asalnya karena pandemi yang tidak berujung ini. Defia mengaku hal ini yang menyebabkan ia tidak dapat berlatih secara maksimal. Alasannya karena tidak ada olahragawan lain yang berada di bidang yang sama dengan dirinya. “Tapi karena di rumah cuma saya sendiri yang olahragawan jadi tak ada lawan tanding dan bosan. Makanya, saya ingin kondisi ini cepat-cepat selesai supaya bisa latihan kembali bersama teman-teman,” ungkap Defia.
Hal yang serupa juga harus dialami oleh atlet wushu Edgar Xavier, ia mengatakan bahwa ketika dipulangkan dirinya menghadapi kesulitan karena rumahnya tidak memiliki lahan yang luas untuk berlatih. “Kendala banyak karena untuk wushu membutuhkan tempat luas dan empuk. Sementara kita tidak bisa latihan di tempat biasa karena pandemi. Jadi hanya seadanya saja. Selain itu, belum ada panggilan pelatnas juga sehingga kami hanya latihan-latihan dasar saja. Jadi kendalanya lumayan banyak dalam situasi pandemi ini,” ucap sang peraih medali emas SEA Games 2019 ini.
Menanggapi beberapa keluhan tersebut, Marciano Norman, selaku ketua umum KONI berpendapat bahwa seharusnya latihan dapat dilakukan secara virtual dikarenakan COVID-19 menyebabkan semua agenda olahraga diundur dan atlet harus dirumahkan. Marciano juga menambahkan bahwa para atlet harus mengikuti seluruh protokol kesehatan yang ada karena mereka adalah salah satu aset negara yang harus dilindungi. Pasalnya, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 yang merupakan pesta olahraga terbesar di Indonesia akan diadakan di Papua pada Oktober 2020 ini harus diundur menjadi Oktober 2021.
Dikutip dari republika.co.id, PB PASI (Persatuan Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) selaku organisasi yang mewadahi cabang olahraga atletik dituntut untuk berusaha berkomitmen beradaptasi dengan keadaan disaat pandemi ini. Mustara Musa, selaku Direktur Pelatnas meminta para atlet yang sudah dipulangkan untuk tetap dapat berlatih secara mandiri di daerah masing-masing meskipun ia mengetahui bahwa berlatih secara mandiri bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh para atletnya. Hal ini ditakutkan dapat mempengaruhi kesiapan atletnya untuk berlomba pada kejuaran tingkat nasional bahkan internasional.
PB PASI pun membuat sebuah sejumlah protokol kesehatan untuk melindungi atletnya dari virus COVID-19 ini. Di antaranya seperti, hanya melakukan latihan di sekitar rumah dan bukan di luar rumah, memperhatikan kondisi lokasi untuk berlatih, pembatasan waktu dalam berlatih, dan memperhatikan sirkulasi tempat untuk berlatih.
Dikutip dari tempo.co, atlet PASI yang sedang mempersiapkan diri untuk PON yang berada di Training Center Mimika sebanyak 32 orang yang terdiri dari atlet, pelatih, serta ofisial harus ditarik ke Jayapura karena akan dilakukan latihan sentralisasi. “Sebanyak 32 atlet, pelatih dan ofisial sudah tiba di Jayapura menggunakan pesawat Hercules, mereka semua dalam keadaan sehat dan kini sudah ada di tempat penginapan yang disediakan Puslatprov KONI Papua,” ucap Freddy Sokoy selaku Ketua Bidang Prestasi KONI Papua. (ri)