Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki daerah teritorial laut yang sangat luas. Luas lautan di Indonesia mencapai dua pertiga dari seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut mempengaruhi kondisi cuaca tiap daerah serta membuat arus dan gelombang yang berbeda beda pada tiap tempatnya. Teknik pengukuran arus dan gelombang laut yang digunakan saat ini yaitu dengan menggunakan alat pengukur arus laut (current meter) dan gelombang laut (wave gauge). Seiring pesatnya perkembangan teknologi, hadir sebuah alat yang bisa mengukur tingginya gelombang yaitu High Frequency Radar (HF Radar).
Prinsip kerja HF Radar memanfaatkan energi refleksi gelombang atau memancarkan dan menerima kembali pantulan dari benda atau objek yang dikenainya. HFR dapat mengukur kecepatan arah arus dari beberapa kilometer hingga 200 km di lepas pantai dengan resolusi bervariasi mulai dari 500 m hingga 6 km tergantung frekuensi radar. Dengan hal ini, dapat membantu dalam operasi pencarian di daerah laut karena dapat mendeteksi objek yang mengambang di permukaan laut.
Pemancar radar mengirim sinyal ke laut dan permukaan air laut yang konduktif mengembalikan sinyal, mengukur pergeseran doppler, serta memberikan kecepatan dan arah. Pengukuran alat tersebut biasanya rata-rata per 15 menit secara real time. HF Radar digunakan untuk menambah kerapatan jaringan pengamatan cuaca maritim. BMKG juga akan menggunakan data ini untuk asimilasi ke model arus. Informasi cuaca maritim sangat penting untuk keselamatan pelayaran dan juga pencarian ikan bagi para pelayan.
Saat ini, terdapat tiga alat HF Radar yang telah dipasang. Pertama di Anyer dengan cakupan wilayah Selat Sunda, kemudian Banyuwangi dengan cakupan Selat Bali, dan Labuan Bajo dengan cakupan perairan labuan bajo. High Frequency Radar sebagai inovasi terbaru IPTEK di bidang kelautan memiliki tingkat keakuratan serta efisiensi yang relatif tinggi. HFR memiliki kelebihan untuk memetakan variabilitas horizontal dan arus laut yang dibutuhkan dalam berbagai aplikasi.