
DISPLAY– Hari Bumi Internasional diperingati setiap tanggal 22 April setiap tahunnya. Peringatan ini bermula dari peristiwa di Amerika Serikat pada 22 April 1970, ketika 20 juta orang atau 10% dari populasi Amerika saat itu turun ke jalan, taman, perguruan tinggi, yang tersebar di banyak kota untuk memprotes dampak pembangunan industri berupa tumpahan minyak, pembuangan limbah mentah, pestisida, hilangnya hutan, serta kepunahan satwa liar. Mereka juga menyuarakan cara baru untuk melestarikan planet bumi. Hari bumi menjadi pengingat bagi manusia di dunia agar selalu menjaga dan melindungi bumi dari segala ancaman yang ada.
Perlu kita ketahui, jika bumi tidak dijaga dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan maupun populasi manusia yang ada di bumi. Dampak buruk yang timbul yaitu sering terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan bahwa hingga Desember 2019, tercatat telah terjadi 343 kejadian banjir, 340 tanah longsor, serta banjir disertai tanah longsor di 5 lokasi. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat agar peduli dengan bumi beserta alamnya harus terus ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menyampaikannya melalui pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan mengajarkan kepedulian terhadap alam sejak dini, maka dapat menanamkan sifat peduli terhadap alam sekitar.
Tahun ini, peringatan Hari Bumi Internasional mengusung tema “Aksi Iklim”. Dengan kondisi alam pada 2020 ini, tema aksi iklim sangat tepat untuk memperingati hari bumi yang sedang dilanda wabah Covid-19. Dilansir dari www.earthday.org, beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi dalam aksi iklim yaitu membagikan dokumentasi kualitas udara , membersihkan lingkungan sekitar, membuat karya seni bertemakan bumi, membuat makanan dari nabati, dan mengurangi penggunaan pestisida.
Sementara itu, menurut data dari situs resmi WWF, aktivitas manusia yang dapat menimbulkan efek gas rumah kaca antara lain mengendarai mobil, tempat pembuangan sampah yang membentuk gas methan, CFC untuk lemari es dan aerosol, serta pertanian dan peternakan yang menambahkan pupuk penyubur nitrogen ke dalam tanah. Aktifitas manusia tersebut menimbulkan gas yang dapat merusak lapisan ozon bumi, sehingga perlindungan kehidupan di planet bumi dari radiasi sinar ultraviolet matahari menjadi berkurang. Namun, dengan kondisi bumi di tengah pandemi Covid-19 ini, ketika negara di dunia menerapkan untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan, maka penggunaan kendaraan bermotor sangat berkurang yang menyebabkan membaiknya kondisi lapisan ozon dan alam di bumi. Selain itu, dampak dari Perjanjian Montreal, yaitu perjanjian untuk mengurangi penggunaan CFC yang telah disepakati pada tahun 1987 dinilai telah berhasil memperbaiki kerusakan yang dilakukan manusia terhadap planet bumi. Dilansir dari cnnindonesia.com, sejumlah peneliti menyatakan lubang pada lapisan ozon di atas Antartika terus mengalami pemulihan. “Kami menemukan tanda perubahan iklim di belahan bumi selatan, terutama pada pola sirukulasi aliran udara,”tutur Antara Banerjee, salah seorang peneliti dari Universitas Colorado Boulder. Kabar baik ini tentunya menjadi hal yang positif bagi bumi. Walau begitu, bumi masih perlu aksi kita untuk menyelamatnya. Dengan adanya aksi kecil seluruh masyarakat di penjuru dunia, maka dapat membuat perubahan besar pada bumi kita.
Selamat Hari Bumi. (cr)