Adhi Setiawan atau biasa dipanggil Adhi, merupakan salah satu alumni unggul Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya dari program studi Teknik Informatika yang merupakan penyandang disabilitas dan pengguna kursi roda.

Sejak awal, beliau memang telah berminat di bidang komputer, hal dapat dilihat sejak beliau SMK, beliau mengambil jurusan yang berhubungan dengan komputer yaitu rekayasa perangkat lunak (RPL). Pada masa itu beliau mengalami sedikit kesulitan namun hal tersebut tidak menjadi penghalang, lalu lama-kelamaan beliau sangat berminat untuk mendalami ilmu-ilmu komputer terutama pemrograman atau coding.

Perjalanan karir beliau awalnya dimulai sejak lulus dari FILKOM UB. Semasa kuliah dulu beliau sempat merasakan kebimbangan untuk memilih peminatan antara komputasi cerdas dengan mobile development, hal ini dikarenakan pada saat beliau masih menempuh pendidikan di SMK, beliau merasa lemah dalam matematika, sedangkan peminatan yang ingin diambil beliau yaitu komputasi cerdas memerlukan pengetahuan matematika yang cukup tinggi. Meskipun begitu dengan kelemahan yang lumayan berpengaruh terhadap jalan peminatan yang diambilnya tersebut, terdapat suatu hal yang membuat Adhi penasaran dan menjadi yakin untuk memilih dan menjalani peminatan tersebut, yaitu Artificial Intelligence (AI). Rasa penasaran terhadap AI tersebut yang membuat beliau mendorong dirinya sendiri untuk dapat memahami matematika agar tidak tertinggal dengan yang lain. 

Selain itu, beliau juga berusaha semaksimal mungkin untuk menjalaninya karena jalan tersebut merupakan jalan yang telah dipilih oleh dirinya sendiri. Pada saat menjelang semester akhir perkuliahan di FILKOM, beliau pun menjadi sangat tertarik untuk mendalami AI dan itulah yang menjadi awal mula beliau menemukan tujuan dalam menempuh karirnya. Menurut beliau untuk menentukan peminatan yang tepat dapat dimulai dari semester 3, karena menurutnya hal tersebut dilakukan agar dapat langsung fokus pada bidang yang ingin ditekuni.

Pada masa kuliahnya, beliau hanya mengikuti beberapa kegiatan organisasi saja karena dirinya adalah seorang introvert seperti pada umumnya mahasiswa FILKOM. Akan tetapi, pada saat semester 5 beliau mengikuti salah satu program yaitu Bangkit, yang merupakan program dari pemerintah untuk mahasiswa semester 5 dan sudah menjalani lebih dari 80 SKS perkuliahan. Saat mengikuti program Bangkit, beliau banyak mengerjakan proyek dari industri yang bekerja sama dengan program Bangkit. Menurutnya pengajaran yang diberikan di program ini lebih menekankan kerja sama tim.

Beliau sendiri sempat mengalami kesulitan seperti minder karena memiliki mobilitas yang cukup terbatas dan merasa tidak sama dengan teman-teman yang lain. Namun hal tersebut sudah cukup terbantu dengan adanya bantuan dan pendampingan dari teman-teman Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) UB. Hal-hal tersebut menurut beliau tidak boleh menjadi penghalang baginya untuk terus maju, karena menurutnya tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dilakukan walaupun memiliki kekurangan.